Honda

Memahami Filosofi dan Tujuan di Balik Upacara Mabang Handak, Tarian Sembilan Gadis Desa di Kabupaten OKI

Memahami Filosofi dan Tujuan di Balik Upacara Mabang Handak, Tarian Sembilan Gadis Desa di Kabupaten OKI

Memahami Filosofi dan Tujuan di Balik Upacara Mabang Handak, Tarian Sembilan Gadis Desa di Kabupaten OKI--YT/Kayuagung Radio

PALPRES.COM - Setiap tahun, masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir di Sumatera Selatan, Indonesia, merayakan upacara adat yang disebut Mabang Handak

Upacara Mabang Handak dipenuhi dengan tarian tradisional yang indah, terutama Tarian Sembilan Gadis Desa yang menjadi sorotan utama. 

Di balik keindahan gerakan-gerakan tersebut terdapat filosofi yang kaya dan tujuan yang mendalam.

Tarian Sembilan Gadis Desa dalam Upacara Mabang Handak memiliki tujuan utama untuk melambangkan harapan akan kehadiran burung putih yang membawa berkah dan keberuntungan dalam pernikahan. 

BACA JUGA:Mengintip Makna Budaya dalam Bahasa Penukal Kabupaten PALI, Warisan Berharga sebagai Dialek Bahasa Musi

BACA JUGA:Warisan Budaya Sumatera Selatan: Bahasa Musi, Pola Pengucapan Mirip dengan Bahasa Palembang, Tapi Beda Akhiran

Dengan sembilan gadis desa yang menari, tarian ini menjadi simbol dari kesucian dan keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga. 

Para penari mewakili kecantikan dan keanggunan yang diharapkan dalam hubungan perkawinan, sementara burung putih menjadi simbol keberuntungan dan kebahagiaan yang diharapkan dalam pernikahan.

Upacara adat Mabang Handak, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang zaman dahulu. 

Merupakan sebuah tarian yang diciptakan pada tahun 1961 oleh Elly Intokia, Mabang Handak tidak hanya sekadar tarian semata, namun juga mengandung makna dan filosofi yang dalam.

BACA JUGA:8 Alat Musik Tradisional Sumsel, Warisan Leluhur yang Wajib Dijaga, Melodi Keindahannya Menggetarkan Jiwa

BACA JUGA:Senjang, Permata Budaya Musi Banyuasin yang Terus Bersinar: Pesan Moral dan Nasihat Di Balik Kesenian, Tapi...

Asal usul tarian ini menggambarkan sebuah kebiasaan dari sekelompok gadis di daerah Kayu Agung, yang menunggu pergantian musim sembari menenun. 

Kebiasaan itu ditemani oleh burung putih yang mengitar di angkasa, memberikan harapan akan adanya jodoh yang terhormat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: