Honda

Sidang Itsbat, Masihkah Relevan? Ini Kata Muhammad Akhyar Adnan

Sidang Itsbat, Masihkah Relevan? Ini Kata Muhammad Akhyar Adnan

Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak, Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI), Pengamat Muamalah, Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.--

Oleh: Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak 

PALPRES.COM - Hari Raya Idul Fitri akan segera tiba. 

Telah menjadi perdebatan klasik dan panas selama bertahun-tahun tentang bagaimana memutuskan hari atau tanggal yang tepat dari awal Ramadhan sekaligus Idul Fitri (Lebaran). 

Secara umum diketahui bahwa pada dasarnya ada dua metode atau pendekatan untuk memutuskan tanggal penting ini.

Pertama, dengan menghitung atau katakanlah metode perhitungan (hisab). 

BACA JUGA:Rencana Libur Lebaran Ala Mahasiswa, Enaknya Ngapain Ya?

BACA JUGA:Arus Mudik 2024, Ini Alasan di Jalan Lintas Kepahiang-Pagar Alam Nggak Ada Pos Pengamanan dan Pelayanan

Dalam metode ini, tanggal atau hari sepenuhnya tergantung pada perhitungan yang dilakukan berdasarkan ilmu astronomi. 

Yang kedua adalah dengan cara penglihatan yang juga dikenal sebagai rukyah, di mana tanggal atau hari ditentukan oleh pemandangan atau visi bulan baru atau bulan purnama (hilal).

Jika bulan baru dapat dilihat setelah matahari terbenam pada hari sebelum Ramadhan dan atau Syawal yang diproyeksikan, maka diputuskan bahwa Ramadhan/Syawal akan terjadi pada hari berikutnya. 

Jika hilal tidak dapat dilihat, maka ditetapkan bahwa Ramadhan akan selesai selama 30 hari. Atau, Sya’ban atau Ramadhan diperpanjang satu hari lagi. 

BACA JUGA:Teman Santap Ketupat, Ini Cara Membuat Sambal Goreng Kentang Ati Ampela, Bumbu Meresap dan Enak!

BACA JUGA:5 PTN yang Membuka Jurusan Teknik Pertambangan, Lengkap dengan Kuota SNBT 2024, Ada Incaranmu?

Dalam kaitan ini setiap kelompok pendukung memiliki alasan yang “kuat” mengapa metode tertentu dipilih dan diterapkan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: