Citraland
Honda

Ini Potensi Besar Moderasi Beragama, Lahirkan Ekonomi Global di Bumi Srijiwaya

Ini Potensi Besar Moderasi Beragama, Lahirkan Ekonomi Global di Bumi Srijiwaya

Kepala Badan Litbang dan Diklat Suyitno saat menjadi pembicara dalam Moderasi Beragama Goes to Campus di Universitas Sriwijaya.--

“Pempek menjadi investasi ekonomi dunia yang akan memberikan dampak serius jika dibuat internasional. From local to global, dengan bentuk local food tetapi bisa menjadi makanan internasional,” ujarnya dalam acara yang mengusung tema ‘Kearifan Budaya Lokal Perkuat Perekonomian Umat’ ini.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tuturnya, instrumen moderasi beragama bisa menjembatani. Karena di antara ekosistem moderasi beragama, salah satunya bicara soal ekonomi.

BACA JUGA:Buka Puasa Bersama Tokoh Agama dan Masyarakat Sekayu, Ini Pesan Pj Bupati Muba

BACA JUGA:6 Tips Berburu Takjil Agar Tidak Kehabisan, Bangun Toleransi Umat Beragama di Bulan yang Suci

“Kita bisa mengangkat beberapa potensi kearifan lokal, terutama dikontekstualisasi dengan persoalan ekonomi. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi zakat yang besar,” katanya.

“Kedua hal itu bisa dianggap sebagai sebuah potensi untuk pemberdayaan ekonomi umat. Maka Baznas perlu menjadi pendamping untuk memperkuat pergerakan ekonomi tersebut,” tandasnya. 

Kampus Pertama di Luar Pulau Jawa

Dekan FISIP Universitas Sriwijaya AlFitri mengapresiasi kerja sama antara Badan Litbang dan Diklat Kemenag dengan Unsri.

Kampus tersebut menjadi lokasi pertama Moderasi Beragama Goes Campus di luar Pulau Jawa.

BACA JUGA:Pengakuan Mengejutkan Aktor Will Smith, Bukan Beragama Islam Tapi Khatam Alquran 30 Juz Saat Ramadan

“Kami bangga menjadi kampus pertama di luar Jawa yang menjadi tujuan Moderasi Beragama Goes to Campus. Moderasi beragama membantu dalam membentuk keragaman dalam keharmonisan,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut ditampilkan prasasti Talang Tuo yang mengajarkan bahwa beberapa abad yang lalu masyarakat Palembang telah menerapkan prisip keharmonisan di tengah keberagaman.

“Banyak bukti sejarah yang ditinggalkan kerajaan Sriwijaya sebagai simbol kehidupan yang damai di tengah kemajemukan.Terdapat dua prinsip yang membangun hal tersebut, yaitu keluwesan dan keuletan. Keluwesan inilah yang kini dikenal sebagai moderasi beragama,” tuturnya.

Terakhir, AlFitri berharap kerja sama tidak sebatas kegiatan ini saja. “Acara ini menjadi manisfestasi dari kolaborasi antar kementerian, sehingga diharapkan dapat berkelanjutan,” pungkasnya.

Kegiatan diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kemenag melalui Balai Litbang Agama Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: