Kisah Bujang Kurap Pemuda Baik Hati Wajah Buruk Rupa dari Bumi Silampari
![Kisah Bujang Kurap Pemuda Baik Hati Wajah Buruk Rupa dari Bumi Silampari](https://palpres.disway.id/upload/964f833f41e88bd23c4610c9ad66f82c.jpg)
Pernahkah kalian mendengar kisah tentang Bujang Kurap? Seorang Pemuda baik hati dengan wajah buruk rupa dari Bumi Silampari-IG/-bumimerah.id
PALPRES.COM - Pernahkah kalian mendengar kisah tentang Bujang Kurap? Seorang Pemuda baik hati dengan wajah buruk rupa dari Bumi Silampari, julukan dari Kota Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan. Mau tahu, Berikut Kisahnya.
Salah satu kajian arkeologi pada masa pertengahan Kerajaan Sriwijaya menunjukkan kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia.
Semua orang percaya bahwa Kota Pempek erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Sriwijaya di masa lalu.
Namun Kerajaan Sriwijaya bukan satu-satunya sumber kekayaan budaya yang ada di Sumsel.
BACA JUGA:Ini Nama dan Makna Gelar Adat Wamenaker RI H Afriansyah Noor yang Diberikan LPA Lubuk Linggau
Di sebelah barat Sumatera Selatan terdapat beberapa daerah yang kebudayaannya sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Minang.
Misalnya saja Kabupaten Musi Rawas, Musi Rawas Utara (Muratara) dan Lubuk Linggau.
Bukti kebudayaan Melayu terlihat dari adanya berbagai cerita dan legenda tentang masyarakat yang tinggal di sana pada masa lalu.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah Bujang Kurap, tokoh besar Mandraguna yang konon pernah tinggal dan berkelana ke dunia Silampari.
BACA JUGA:5 Tradisi Menarik di Sumatera Selatan Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
BACA JUGA:4 Tradisi Unik Masyarakat Sumatera Selatan Sebelum Menikah, Daerah Kamu Termasuk?
Asal Usul Bujang Kurap
kuburan bujang kurap dan 3 kuburan lain yang dduga merupakan pengikutnya-IG/-berlian_susetyo_94
Sebagian orang yang tahu tentang kisah Bujang Kurap dari Sumatera Selatan kadang menyangka bahwa cerita tersebut adalah legenda atau cerita rakyat.
Namun banyak masyarakat yang percaya bahwa Bujang Kurap benar-benar ada dan tinggal di sekitar Musi Rawas.
Keyakinan ini didukung dengan adanya banyak sejarah, baik yang bersifat temporal maupun temporal.
BACA JUGA:Khas Palembang: Mengenal Tradisi Tepung Tawar Cara Adat Perdamaian Pertikaian di Palembang
BACA JUGA:Mengenal Keberagaman 4 Upacara Adat di Sumatera Selatan, Nomor 3 Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Bujang Kurap konon berasal dari garis keturunan Datuk Saribijaya dan Putri Sari Bavalu.
Datuk Saribijaya adalah pengikut kerajaan Pagarruyung dan Putri Sari Bavalu adalah ratu kerajaan Melayu Bangko.
Keduanya merupakan teladan lahirnya suku Anak Dalam yang hidup hingga saat ini.
Singkat cerita, salah satu keturunan mereka mempunyai seorang putra bernama Bujang Kurap.
BACA JUGA:Mengenal Keunikan Tradisi Rumpak-rumpak, Tradisi Masyarakat Arab Kota Palembang Menyambut Idul Fitri
BACA JUGA:4 Hal Ini Ada Di Dalam Kelakar Betok Palembang, dan Sudah Menyatu Dengan Kesenian Tersebut
Ada banyak macam versi cerita yang beredar tentang Bujang Kurap.
Salah satu versi mengklaim bahwa Bujang Kurap sebenarnya adalah orang baik yang mempunyai kesaktian yang bisa menyamar menjadi orang jahat. Ini menjadi asal muasal namanya,
Sedangkan versi lain mengatakan bahwa Bujang Kurap memiliki kelainan kulit bawaan.
Versi mana pun yang benar, ada banyak kesepakatan bahwa Bujang Kurap adalah seorang pengembara yang tinggal di wilayah sepanjang Sungai Rawas dari kota Tanjung hingga Muara Rawas.
BACA JUGA:Layaknya Menjadi Identitas Masyarakat Sumatera Barat, Tari Piring Ternyata Melambangkan Keberanian
BACA JUGA:Aesan Gede dan Aesan Paksangko: Baju Adat Pernikahan Palembang, Begini Fakta Serta Filosofinya!
Bujang Kurap sepanjang hidupnya tinggal di berbagai desa sekitar Sungai Rawas, mulai dari Napal Licin, Muara Kulam, Muara Kuis, Pulau Kidak dan Dusun Pauh.
Ia sering membantu penduduk desa dengan kekuatan supernatural, entah itu melakukan hal-hal di luar kebiasaan seperti mengelola pertanian, membangun rumah, atau bahkan membasmi bandit.
Bujang Kurap dan Danau Rayo
Salah satu cerita di Muratara tentang perjalanan Bujang Kurap yang singgah di sebuah desa bernama Pagar Remayu (sekarang Karang Panggung).
BACA JUGA:7 Senjata Tradisional Asli Sumatera Selatan, Nomor 4 Tersimpan di Museum London
Suatu ketika, Bujang Kurap berkunjung ke Pagar Remayu, pernikahan salah satu putri penguasa mereka berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.
Bujang Kurap menghadiri acara tersebut dan diterima dengan tidak baik oleh masyarakat dan tokoh desa.
Mereka malu dengan Bujang Kurap yang mengidap penyakit kulit dan menganggap dirinya tidak layak mengikuti pesta, sehingga Bujang Kurap dikeluarkan dari pesta.
Bujang Kurap meninggalkan pesta dan singgah di sebuah rumah di pinggir desa.
BACA JUGA:Mengenal Keindahan Tanjak dan Filosofinya: Telah Eksis Sejak Masa Kesultanan Palembang Darussalam
Rumah itu ditempati oleh seorang nenek kesepian yang dengan ramah menyambut Bujang Kurap.
Neneknya mengizinkan dia untuk tinggal di rumahnya dan bermalam di rumahnya.
Penasaran, Bujang Kurap meminjam pisau milik neneknya dan menggunakannya untuk merangkai aur gading menjadi sebuah rakit dan diikatkannya ke tiang rumah neneknya.
Bujang Kurap mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal pada nenek, Dia kemudian kembali ke pesta.
BACA JUGA:3 Makna Filosofis yang Terdapat Pada Rumah Limas Palembang yang Mungkin Kamu Belum tahu, Apa saja?
BACA JUGA: 3 Tradisi Unik di Sumatera Selatan, Satu Diantaranya Bisa Ambil Ikan Secara Gratis
Melihat Bujang Kurap kembali dari pesta, masyarakat pun siap mengejarnya lagi.
Nampaknya Bujang Kurap telah menimbulkan keonaran bagi semua orang yang hadir pada acara kali ini.
Ia meletakkan tujuh batang kayu di tanah dan mengatakan bahwa jika ada orang di desa itu yang dapat mencabut tongkat tersebut, Bujang Kurap akan meninggalkan desa tersebut dengan sukarela.
Ketika mereka mendengar ini, semua orang mengolok-oloknya. Seluruh laki-laki yang hadir dalam acara tersebut termasuk para pemuka desa, berdiri menjawab pertanyaan Bujang Kurap.
BACA JUGA:'Jangan Dak Tau' Inilah 7 Suku yang Ada di Sumatera Selatan, Kamu Asli Orang Mana Nih?
BACA JUGA:5 Tradisi Unik Masyarakat Indonesia, Dari Kecantikan Menato Tubuh hingga Tradisi Ekstream
Namun yang mengejutkan, tak seorang pun mampu mencabut ketujuh batang kayu tersebut.
Semua orang kaget dan terkejut dan Ketika tidak ada lagi yang mau mencoba, Bujang Kurap mengambil tindakan.
Dia melafalkan mantranya dan, berkat kekuatan supernatural, mampu melepaskan tongkatnya semudah sebelumnya.
Namun ketika ketujuh batang kayu itu dicabut, muncullah mata air yang kuat di tanah.
BACA JUGA:Tari Gending Sriwijaya dan Tari Tanggai di Sumsel Tak Ada Dasar Hukum, Benarkah?
BACA JUGA:'Ngidang' Tradisi Khas Palembang Cara Menghormati dan Memuliakan Tamu! Masihkah Ada?
Air terus menerus menggenangi desa, menenggelamkan warga dan seluruh harta bendanya, hingga membuat Desa Pagar Remayu menjadi sebuah danau.
Hanya sang nenek satu-satunya penduduk desa yang selamat di perahu milik Bujang Kurap, dan Bujang Kurap telah menghilang entah kemana sebelum desa tersebut tenggelam.
Daerah sekitar Desa Pagar Remayu disebut Karang Panggung (Panggung Tenggelam), sedangkan danau yang dihasilkan disebut Danau Rayo (Danau Besar).
Akhir perjalanan Bujang Kurap
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Unik di Bali, Dilakukan Anak yang Menginjak Remaja! Ini Dia Tujuannya
Bujang Kurap akhirnya menghentikan perjalanannya setelah sampai di desa Ulak Lebar di kaki Bukit Sulap yang sekarang menjadi kota Lubuk Linggau.
Desa Ulak Lebar merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Bujang Kurap yang warganya melarangnya melanjutkan perjalanan.
Bujang Kurap juga menghabiskan sisa hidupnya di sana dengan mengajar silat dan kuntau kepada penduduk setempat dan pengunjung.
Barang bukti di Ulak Lebar dengan ditemukan empat makam dan sebuah menhir dikaki Bukit Sulap, dimana tiga makam selain milik Bujang Kurap konon merupakan milik pengikut Bujang Kurap semasa hidupnya.
BACA JUGA:Hanya Ada di Indonesia! 4 Tradisi Unik Sebelum dan Sesudah Lebaran, Nomor 1 Orang Indo Banget
BACA JUGA:Selain Bikin Cantik Ternyata Ada Banyak Makna Dibalik Riasan Paes Pengantin Jawa
Hingga kini ada beberapa masyarakat yang mengunjungi makam tersebut untuk meminta bimbingan dan fasilitasi dalam berbagai hal.
Warga Lubuk Linggau dan Musi Rawas sering mendengar tentang Bujang Kurap, namun tidak semua bisa memahami dengan baik makna dibalik ceritanya.
Ada yang berpendapat Bujang Kurap mendapatkan namanya semata-mata karena reputasinya berpenyakit kulit.
Berbeda dengan penampilannya, ia bahkan digambarkan sebagai sosok pria baik yang ingin membantu semua orang.
BACA JUGA:Sudah Mendunia ! 5 Tarian Tradisional Sumatera Selatan Ini Terkenal Unik, dan Digemari Segala Usia
BACA JUGA:Sebelum Menikah Mereka Menculik Calon Istrinya Inilah Keunikan Suku Sasak di Indonesia
Kesalahpahaman inilah yang melanda banyak orang sehingga menjadikan nama Bujang Kurap sebagai alat untuk mengejek atau mengejek orang lain.
Faktanya, sebagai bagian dari masyarakat yang disebut 'tradisional' dan beradab, praktik ini harus dihentikan atau setidaknya dipersiapkan dengan mempelajari budaya dan sejarah secara baik.
Pesan moral yang kuat dari cerita Bujang Kurap terlihat dari judul ceritanya yang menjelaskan bahwa fisik seseorang tidak mencerminkan hati dan sifatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: