Honda

MEMUKAU! Besar di Zaman Sriwijaya, Ini 3 Transformasi Dari Aesan Gede Beserta Filosofinya

MEMUKAU! Besar di Zaman Sriwijaya, Ini 3 Transformasi Dari Aesan Gede Beserta Filosofinya

Aesan Gede mempunyai makna filosofis dan simbolik-Pariwisata Indonesia-

PALPRES.COM - Beberapa transformasi dari pakaian adat Sumsel yang tenar sejak Zaman Sriwijaya Aesan Gede beserta filosofi didalamnya.

Aesan Gede merupakan salah satu pakaian adat dalam pernikahan di Palembang. Pakaian adat ini diyakini berasal dari Kerajaan Sriwijaya.

Aesan Gede zaman Sriwijaya sedikit berbeda dengan yang sering digunakan masyarakat umum saat ini. 

Dikutip dari beberapa sumber, Para ahli budaya telah menyepakati arti dari Aesan ialah hiasan. 

Sedangkan Gede berarti kebesaran. 

BACA JUGA:MERINDING! 3 Hal yang Belum Terkuak Dari Kapal Titanic, Benarkah Tenggelam?

BACA JUGA:7 Tips Jitu Untuk Mengatur Keuangan Rumah Tangga Agar Tidak Boros, Harus Kamu Coba Ya!

Jadi, Aesan Gede adalah pakaian kebesaran.

Pada masa Kerajaan Sriwijaya, Aesan Gede dipakai para penguasa, raja dan ratu.

Pada zaman dahulu, Palembang menjadi pusat pengajaran agama Buddha di Asia Tenggara. 

Itu tampak jelas dari tradisi berpakaian para penguasa Palembang yang memakai pakaian tidak tertutup. 

Selain itu, Sriwijaya juga memperluas daerah kekuasaannya di Sumatera, Semenanjung Malaka, Muangthai Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

Sehingga dapat dipastikan banyak percampuran budaya di sini.

BACA JUGA:3 Kategori Masyarakat yang Full Senyum Karena Bakal Dapat BLT Rp 3.600.000 Mulai Besok!

BACA JUGA:OKTOBER BERKAH! BLT Pelajar Rp 2.000.000,- Dibagikan Untuk 10 Juta Kartu Keluarga

Dodot yang dikenakan para penguasa Palembang dapat dikatakan mendapat pengaruh dari daerah Jawa. 

Sriwijaya juga disebut sebagai pusat perdagangan internasional, terutama oleh pedagang dari kekaisaran China. 

Sehingga dalam Aesan Gede, ada celana berbahan sutra yang dipakai pengantin laki-laki. 

Itu berasal dari China.

Aesan Gede zaman kerajaan Sriwijaya mendapat pengaruh dari Jawa. 

Sebab, raja-raja Palembang sendiri berasal dari Pulau Jawa seperti Raden Balaputra Dewa.

BACA JUGA:4 Fakta Tentang Tol Palembang - Betung yang Diperkirakan Dapat Pangkas Waktu Tempuh Hingga 1 Jam!

BACA JUGA:5 Fakta Menarik Film Home Sweet Loan, Ajarkan Tentang Kehidupan Sandwich Generation Dari Glamornya Ibu Kota!

Pada zaman Sriwijaya, kain songket dalam Aesan Gede ditenun dengan benang emas asli. Hiasan pelengkapnya pun terbuat dari bahan emas dan permata.

Semua yang dipakai mengusung semangat Sriwijaya, yang dikenal dengan kejayaan dan kemakmurannya. 

Karena terbuat dari emas asli, Aesan Gede hanya dipakai keluarga kerajaan saja.

Pada masa Sriwijaya, Aesan Gede juga tidak mengenakan terate sebagai penutup dada. 

Sebab, badan keluarga kerajaan bersih-bersih dan mereka sudah biasa memakai pakaian yang tidak menutup dada. 

Kemudian pada saat itu juga tidak bertentangan atau sesuai dengan ajaran yang dianut Sriwijaya yaitu Hindu Buddha.

BACA JUGA:Ternyata 15 Aksesoris Pernikahan Palembang Ini Punya Makna Filosofis yang Mendalam, Yuk Intip!

BACA JUGA:NGERI BANGET! Ini 3 Fakta Tentang Pesugihan Kandang Bubrah Wonogiri, Benarkah Minta Tumbal?

Sebelum tahun 1970-an, Aesan Gede hanya dipakai para bangsawan dan keturunan sultan.

Saat itu Aesan Gede juga tidak memakai terate.

Lalu bahan dari aksesori pakaian adat pernikahan seperti mahkota, gelang dan lainnya ialah emas, permata, berlian dan intan.

Kainnya dari kain tenun yaitu songket.

Barulah setelah tahun 1970-an, masyarakat umum mulai memberanikan diri untuk memakai Aesan Gede pada upacara pernikahan. 

Masyarakat umum yang mengalami kendala seperti kulit yang tidak putih, bertato dan lain-lain, lalu menambahkan terate untuk menutupi bagian dada.

BACA JUGA:5 Macam Pasar Tradisional di Palembang, Salah Satunya Sudah Berdiri Puluhan Tahun!

BACA JUGA:Punya Rezeki Deras dan Hoki Tinggi, Ini 5 Deretan Tanggal Lahir yang Penuh Keberuntungan Menurut Primbon Jawa

Saat ini Aesan Gede sudah dipakai masyarakat umum. 

Kain songket dan pelengkapnya pun sudah tidak terbuat dari emas dan permata asli.

Aesan Gede pada pengantin wanita dan pria berbeda. 

Masing-masing bagian dalam Aesan Gede mempunyai makna filosofis dan simbolik. 

Aesan Gede memiliki nilai filosofis bahwa Sumatera memang layak dijuluki Swarnadwipa atau Pulau Emas.

Makna yang terkandung dalam Aesan Gede juga kebaikan kehidupan di dunia dan akhirat. 

BACA JUGA:Spesifikasi dan Harga Realme 12 Series 5G di Harga Rp 5 Jutaan, Kapasitas Besar Kamera Tajam!

BACA JUGA:5 Rekomendasi Sedan Bekas Harga Terjangkau, Pas Buat Keluarga Di Akhir Pekan!

Kebaikan di dunia yaitu agar setelah pernikahan mendapatkan kebahagiaan dan kemujuran.

Juga, terdapat simbol dalam berperilaku yaitu ramah, tertib dan saling menghormati.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: