PALPRES.COM - Candi Bumiayu menjadi satu-satunya Kompleks Percandian di Sumatera Selatan. Candi ini merupakan salah satu peninggalan agama Hindu yang terdapat di pesisir sungai Lematang, tepatnya di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan.
Hingga saat ini kawasan Percandian Bumiayu telah ditemukan sebanyak 13 buah struktur bata. Namun yang sudah dilakukan pemugaran sebanyak 5 buah, yaitu Candi 1 (tahun 1992), Candi 2 (tahun 2002), Candi 3 (tahun 1997), Candi 7 (tahun 2009) dan Candi 8 (tahun 2000).
Koordinator Kawasan Candi Bumiayu, Andi Fatahillah mengatakan kawasan Bumiayu merupakan satu-satunya kawasan percandian yang ada di Sumsel yang patut dikunjungi.
Untuk itulah pihaknya meminta dukungan dari suluruh masyarakat Sumsel, bukan hanya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan pemerintah saja yang mengenalkan dan mengembangkan candi tersebut, tapi masyarakat juga.
“Untuk mengenalkan kepada generasi muda, kita ada program ke sekolah-sekolah, baik SMP dan SMA. Karena kawasan candi ini merupakan media pembelajaran yang harus dikenalkan kepada generasi muda sehingga tidak tergerus oleh zaman,” katanya.
Dikatakan Andi, keberadaan Candi Bumiayu ini dimungkinkan menjadi penyokong Kerajaan Sriwijaya, karena identik dengan Budha.
“Tentu kita berharap pelaksanaan candi bumi ayu tetap dilestarikan bukan hanya pemerintah termasuk masyarakat harus ikut melestarikan candi ini. Dan alhamdulilah pengunjung berangsur-angsur kembali normal. Terakhir kita kedatangan tamu dari luar provinsi Sumsel, yakni Provinsi Lampung dan Bangka,” jelasnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, untuk kawasan Candi 1, terdapat kompleks bangunan yang terdiri atas sebuah candi induk, empat buah candi Perwara, pagar keliling dan sebuah gapura di sisi timur.
Komplek candi 1 ini dibangun dalam tiga tahap dari abad 8 sampai 12 Masehi. Adapun koleksi Candi 1 yakni Arca Siwa Mahadewa yang bergaya Singhasari-Majapahit, Arca Dewa 1 dan 2, berdasarkan gaya seninya arca ini berasal dari adab 11-12 M, Arca Agastya, dalam mitologi Hindu, Agastya dianggap sebagai pendeta yang menyebarkan agama Hindu di India Selatan dan koleksi lainnya.
“Untuk Candi 2, memiliki denah dasar bujur sangkar. Di depan candi terdapat tiga buah penampil dan empat buah perwara. Sedangkan Candi 3 Bumi Ayu merupakan bangunan yang terdiri dari sebuah bangunan candi induk dan candi Perwara. Kaki bangunan berbentuk bujur sangkar sedangkan badan berbentuk segi delapan,” jelasnya.
Kemudian lanjutnya, Candi 7 berdenah dasar empat persegi panjang dengan penampil di sebelah barat. Bagian tengah candi 7 ini tidak terdapat bata isian, selain itu pada bagian sisi barat laut terdapat susunan bata yang berbentuk lingkaran.
“Dan Candi 8, berdenah persegi panjang, bagian tangga pintu masuk tidak ditemukan sehingga bangunan ini lebih menyerupai suatu Mandapa. Untuk koleksinya ada Jaladwara, Makara, Kepala Candi,” tukasnya.
Sementara itu, salah seorang pengunjung, Harisa mengaku bangga dapat mengunjungi kawasan Candi Bumiayu. Dia mengaku, terakhir mengunjungi Kawasan Percandian ini pada tahun 2005, yang dimana koleksinya masih diletakkan ditempat ditemukan benda tersebut.
“Sekarang sudah sangat bagus, dan perubahannya sangat terasa. Kesini sudah ketiga kalinya, Pertama tahun 1998, kemudian tahun 2005, dan terakhir hari ini (Kamis 16 Juni, red). Kita sebagai warga harus bangga memiliki penemuan seperti ini, apalagi kompleks percandian ini bisa membuktikan bahwa Kerajaan Sriwijaya itu ada,” jelasnya.