Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keempat)

Selasa 12-07-2022,11:14 WIB
Reporter : Dudy Oskandar
Editor : Tom

Oleh karena itu, saya menyampaikan kepada pemerintah bahwa saya tidak mau meninggalkan bahasa Bali.

Jika pemerintah ingin menggunakan saya untuk bahasa Bali, maka saya akan melakukan itu, dengan seizin Lembaga Alkitab, tetapi itu posterioris curae.

Besar harapan saya untuk menerima surat dari Anda; mohon alamatkan surat Anda ke Residen Daerah Lampung.

Salam hangat buat keluarga Anda, para pengurus Lembaga Alkitab dan teman serta kenalan lainnya.

Hormat saya,

H.N. van der Tuuk

BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Pertama)

N.B.

Kesehatan saya saat ini kurang baik.

Di Laut Merah, saya merasa lumayan baik, walaupun suhu di bawah bayangan mencapai 34 derajat Celsius, dan angin tidak bertiup sedikitpun.

Udara panas itu hanya berdampak pada perut saya, dan itu tidak mengherankan, karena dulu saya pernah terserang disentri.

Penyakit salah seorang rekan senegara saya, Tuan Jellinghaus,14 yang tiga tahun berada di Eropa agar bisa sembuh dari aliran darah yang berlebihan ke anus, muncul kembali ketika ia berada di Laut Merah, dan ia harus kembali ke Batavia untuk menjalani istirahat total selama seminggu.

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Terakhir)

Seorang pria berkebangsaan Perancis, yang harus mengambil telur ulat sutra di Jepang, terserang disentri hebat, yang membuat hidupnya merana.

Saya meninggalkan pria itu di Singapura dalam keadaan yang menyedihkan, dan saya ragu apakah ia berhasil mencapai tujuannya dalam keadaan hidup.

Mereka yang harus tidur di dalam kabin kapal jatuh sakit semua.

Kategori :