Kms.H. Andi Syarifuddin--
Ditulis: Kms.H. Andi Syarifuddin
Doeloe, setelah Kesultanan Palembang jatuh di bawah pemerintahan kolonial Belanda (1823) maka penduduk Palembang sangat dibatasi aktifitasnya, gerak geriknya dipantau dan diawasi ekstra ketat. Masyarakat wong Palembang saat itu dilarang keras berkumpul lebih dari 5 orang, dan apabila kedapatan, mereka telah masuk daftar hitam dan langsung ditangkap dan dibuang ke luar pulau.
Baru di awal abad ke-20, terjadi perubahan dalam kebijakan pemerintahan kolonial atas daerah jajahannya. Kebijakan politik ini dikenal dengan nama Ethische Politiek (Politik Etis). Muncul semacam kesadaran dikalangan pemerintah kolonial untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pribumi sebagai bentuk pembayaran "hutang budi" atau hutang kehormatan.
Abad ini pula dipandang sebagai bangkitnya kesadaran politik bangsa-bangsa Asia dari imprialisme bangsa Barat serta lahirnya semangat Nasionalisme dikalangan masyarakat pribumi. Kebangkitan kesadaran Nasionalisme Indonesia secara global semakin menguat terutama pasca Sumpah Pemuda tahun 1928. Hal ini ditandai dengan bermunculan beberapa gerakan-gerakan organisasi Nasional, termasuk di Palembang. Salah satu organisasi yang lahir saat itu adalah Priyai Fonds Palembang.
Priyai Fonds dibentuk dalam tahun 1929, sebagai wadah perkumpulan para bangsawan, priayi atau zuriat keturunan para pembesar Kesultanan Palembang yang visi misinya bertujuan melestarikan dan memelihara benda cagar budaya peninggalan sejarah, seperti: memperbaiki makam Raja-raja, menghidupkan adat istiadat budaya Palembang termasuk perekonomian, pendidikan, seni, pencak silat, dan lain-lain.
BACA JUGA: Kepala Adat Bontang Silaturahmi ke Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam
Perhimpunan Priyai Fonds diketuai pertama kali oleh Raden Muhammad Akil bin Raden Amir bin R. Abdurrahman (1929-1930) yang juga menjabat sebagai manteri Polisi (w.1939). Setahun kemudian, yakni tahun 1930, Priyai Fonds diserahkan kepemimpinannya kepada R.M. Akib bin R.M. Hasir.
Adapun susunan kepengurusan Priyai Fonds Palembang priode th 1930 adalah sbb:
Penasehat:
- Raden Machjoeb Nangling bin R. Achmad
- R.M. Hasir Tjek Sech bin R.M. Ali Kamil
- R. Achmad Sulaiman bin R. Adenan
- R.M. Aziz bin Pangeran Kramojayo Perdana Menteri.
- R. Djoedin bin Pangeran Penghulu Nata Agama Muhammad Akib.
- R.M. Dzoeber bin R.M. Mansur