Penamaan Cinde sendiri berasal dari nama petilasan Pangeran Ario Kusumo Abdulrohim saat muda yaitu Kimas Hindi, dan ada kemungkinan lafal Cinde dari nama Hindi.
Karena dari tulisan aksara Arab berbahasa Melayu, penulisan dan pelafalan tidak sama, dan kemudian petilasan pada masa akhirnya dijadikan makam di Cinde Walang.
Dahulu pembangunan Pasar Cinde ini mengalami permasalahan soal lahan.
Namun setelah proses mediasi yang panjang, akhirnya hal tersebut terselesaikan oleh pemerintahan setempat waktu itu.
BACA JUGA: Pasar 16 Ilir Palembang, Dulu hingga Sekarang
Dengan banyaknya pedagang dan lapak baru yang muncul pasar Cinde saat ini sudah lebih berkembang dengan penawaran barang yang lebih beragam, mulai dari bahan pokok, buah-buahan, barang bekas dan yang lainya.
Keunikanya terkenal sampai keluar kota.
Sampai –sampai pada waktu musim batu akik, pasar ini sempat menjadi sentra penjualanya.
Dan banyak didatangi oleh warga dari luar kota.
BACA JUGA:Kerap Macet, Simpang Empat Pasar Lama Dipasang Traffic Light
Sempat mangkrak karena merupakan cagar budaya, akhirnya pada tahun 2023 pasar ini akan kembali dilanjutkan pembangunannya sebagai pasar modern yang telah dicanangkan dari beberapa tahun lalu.
Denngan catatan, tetap mempertahankan ciri khasnya seperti mempertahankan tiang cendawan.
Diperkirakan pembangunanya akan menghabiskan sekitar Rp250 Miliar.
Lalu bagaimana nasibnya kini, setelah beberapa waktu lalu mengalami kebakaran yang menghanguskan banyak lapak yang ada disana.
BACA JUGA:Pasar Talang Kerangan Dibuka Seminggu Sekali, Langsung Diisi Puluhan Pedagang
Kita tunggu saja semua kabar baiknya, semoga.