Dengan memanfaatkan lahan di sekitar perkarangan rumah, paling tidak warga mampu menghasilkan untuk kebutuhan sehari hari.
BACA JUGA: Harga Anjlok, Damar Komoditas Andalan
"Jadi segala sesuatu itu tidak harus dibeli dipasar. GSMP ini mengajarkan pola hidup produktif," bebernya.
Ia menyebutkan di 2023 mendatang sebagai tahun kelam. Karena sudah banyak pihak yang memprediksi akan terjadi kegelapan ekonomi.
"Kalau ada perkarangan kosong, lahan yang tidak digarap mari tanami sayuran, kalau banyak keluarga ajak bentuk kelompok tani. Hidupkan dan hijaukan lagi pertanian di Muratara, ini bisa jadi solusi resesi kedepan," ungkapnya.
BACA JUGA:Polres Muratara Antisipasi Gangguan Kamtibmas di Jalinsum
Muhammad iksan (52) petani budi daya bawang merah di desa Sungai Kijang, Kecamatan Rawas Ulu mengaku awalnya dia tidak percaya budi daya bawang merah bisa menghasilkan pundi pundi rupiah, karena budi daya bawang merah yang diketahui di daerah tropis.
Ia menjelaskan, namun setelah ada bantuan bibit dari pemerintah daerah yang menjalin kerjasama dengan PT Sifef group dalam kerjasama program community development, tanah di kelolah dengan baik. Dia mengaku cukup puas setelah melakukan Budidaya bawang Merah.
BACA JUGA:Terus Mempercantik Ibu Kota Kabupaten, Bupati Muratara: Jaga Jangan Sampai Dirusak
"Saya cuma punya 15 galangan, ditanam di luas area 0,25 hektar. Dalam waktu 59 hari sudah panen, hasil kotornya Rp. 23 juta setelah di potong biaya pupuk dan bibit, untung bersihnya Rp15 juta sekali panen,"katanya
Lanjutnya, karena sudah kelihatan hasilnya, kami berharap ada bantuan lainnya dari pemerintah untuk mengolah lahan karena selama ini, pengelolaan masih manual.
Seperti alsintan, bisa juga peralatan yang lainnya sesuai dengan kebutuhan petani bawang,"pungkasnya.