Mungkin lantaran topografi itulah, nenek moyang orang-orang Kota Palembang menamakan kota ini sebagai Pa-lembang.
Dilansir dari Jambiindependent.co.id, nama Palembang dikenal sejak sebuah kronik Cina Chu-fan-chi, karya Con-ju-han (1255), menyebut Pa-lin-fong.
Selanjutnya kronik lain tulisan Wang Tu-huan yang berjudul Toa-I Chi lio (1349-1350) menyebutkan Po-lin-fong untuk Palembang.
Kemudian, Ma Huan dalam catatan perjalanannya Ying-Ysi Shueng Lan tahun 1416 menuliskan tentang nama Po-lin-pang.
Selain dari sumber-sumber sejarah, nama Palembang konon menurut penduduk setempat, berasal dari bahasa Jawa “Limbang” yang mempunyai arti membersihkan logam atau benda-benda lain.
Adapun “Pa” adalah kata depan yang juga berasal dari bahasa Jawa jika mereka hendak menyebut suatu tempat.
Contohnya, bila seseorang menyebut “pa-ka-pu-ran”, artinya adalah tempat pembakaran kapur.
Sumber lokal lainnya menyatakan nama Palembang diambil dari pengertian tempat mencuci emas dan biji timah di sekitar Muara Ogan, Kertapati.
Karena sebagian mata pencaharian penduduk awal “melimbang”, lama kelamaan muncullah kata “ Palembang” sebagai nama tempat.
Sebetulnya ada juga yang menduga nama kota Palembang berasal dari kata “Lembeng”.
Maknanya adalah genangan air dan kemudian ditambah awalan “Pa” sebagai kata petunjuk tempat.
Sehingga nama Palembang berarti kota yang selalu tergenang air atau terletak di Lembeng.
Hal ini tentunya dikaitkan dengan kenyataan Palembang memang berada di daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang-surut air Sungai Musi.
Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau, serta punya kecepatan yang tinggi.
Selain kondisi alam, letak strategis Kota Palembang juga berada dalam satu jaringan, yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah, yaitu Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, Pegunungan Bukit Barisan, daerah kaki bukit atau piedmont, dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah dan daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini sangat menentukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban.