Ekspedisi Toba SMSI 2023, Menapak Sejarah Danau Purba yang Indah

Minggu 12-02-2023,18:45 WIB
Reporter : Tom
Editor : Tom

Tapi tak mengapa, kekecewaan terobati begitu sampai di Kampung Ulos Huta Nagodang di Kecamatan Muara. 

Deretan rumah khas Batak yang terletak di tengah persawahan sangat indah untuk dilewatkan. 

Sejumlah ibu-ibu duduk sambil merajut ulos dengan alat tenun. 

Sementara di sisi mereka, beberapa kain ulos yang indah dipajang dengan warna warninya yang indah. 

Keahlian menenun di Desa Huta Nagodang merupakan tradisi turun menurun dari nenek moyang mereka. Kain ulos yang ditenun jenis Ulos Harungguon, yang biasa dikerjakan selama 1-2 minggu.

Tapi saat ini, para penenun ulos di Desa Huta Nagadang ini rata-rata sudah lanjut usia, jarang ditemui penenun berusia muda. 

“Mereka (red. Generasi muda) maunya merantau, tak mau menenun ulos ini,” kata Asti Opusunggu ditemui saat menenun benang menggunakan sorha, alat tenun ulos khas Batak.

Kedatangan kami ke Kampung Ulos ini memang sudah ditunggu tim Dewan Kerajinan Nasional Daerah  (Dekranasda) Kabupaten Tapanuli Utara di bawah pimpinan ketuanya Satika br Simamora, yang juga istri Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, dan para anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis) kecamatan setempat.

Saya sedikit merasa surprise begitu bertemu Satika. Di daerah terpencil di Kecamatan Muara, Satika tampil dengan modis mengenakan setelan baju ulos yang sudah dirancang menjadi baju kekinian. 

Wajahnya yang cantik khas batak dan kemampuannya berkomunikasi membuatnya menjadi menarik. 

Tak heran, selain menjadi istri Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Satika juga lulusan terbaik Universitas HKBP Nomensen dengan nilai A saat meraih gelar Magister Management-nya.

Satika ternyata sangat konsen dalam memajukan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di daerahnya, terutama dalam pelestarian dan pengenalan tenun ulos tidak hanya ke seluruh nusantara, tapi juga ke dunia luar. 

“Kita ada delapan kategori produk kita untuk UMKM, yaitu snack, makanan, minuman, tenun ulos, fashion ulos, tas, souvenir hingga kriya.

Khusus tenun ulos, Satika mengaku sangat bersemangat untuk memperkenalkannya ke dunia luar, sehingga ia berpikir untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. 

“Selama ini, tenun ulos hanya biasa dipakai untuk upacara adat atau sebagai kebudayaan saja, belum dipakai untuk fashion atau mode,” tuturnya. 

Karena itu, ia pun mencoba meningkatkan produksi tetapi pembelinya tidak terlalu banyak karena harganya yang relatif mahal dari 300 ribu hingga 15  juta rupiah.

Kategori :