Artinya: Lailatul Qadar berada di bulan Ramadan pada sepuluh hari terakhirnya, yaitu malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27, atau ke-29, atau di akhir malam Ramadhan.
Barang siapa salat malam karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lampau dan dosa yang kemudian. (HR Imam Ahmad).
Ustadz Jaka menyebutkan Selain dua hadis di atas, ada juga pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, yang telah menghimpun kurang lebih 45 pendapat.
BACA JUGA:5 Kota dengan Penduduk Miskin Paling Banyak di Sumatera Barat, Nomor 1 Gak Nyangka
"Pendapat saya yang paling unggul adalah yang mengatakan Lailatul Qadar terjadi pada tanggal ganjil.
Spesifiknya, Imam Syafi'i mengatakan tanggal 21 dan 23 Ramadan yang paling potensial, " katanya.
Ada juga pendapat lain dari mayoritas ulama yang mengatakan Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 27 Ramadan.
Pendapat terakhir ini didukung Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi dalam Graraib al-Qur'an wa Raghaib al-Furqan.
Dia menambahkan ciri-ciri Malam Lailatul Qadar secara umum sebagaimana yang tercantum dalam hadis riwayat Imam Ath-Thayalisi.
Di mana Rasulullah SAW menyampaikan Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, udara cerah, siang harinya tidak terlalu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi harinya Matahari bersinar lemah, dan tampak kemerah-merahan bebernya.
Ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai tanda-tanda bagi orang yang mendapatkan Lailatul Qadar.
Beberapa ulama berpendapat sejatinya mendapatkan Lailatul Qadar tidak harus menjumpai suatu hal ajaib, katanya
BACA JUGA:Gawat! Ada Perusahaan di PALI Tak Sanggup Bayar THR Karyawan
Imam Ibn Jarir at Thabary dan Syekh Ibnul Araby, sebagaimana dikutip al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany berpendapat menggapai Lailatul Qadar tidak harus merasakan dan menjumpai fenomena ajaib.
Orang yang Qiyam Ramadan (salat tarawih) dan tidak merasakan sentuhan malaikat misalnya, tetap memperoleh anugerah Lailatul Qadar walaupun tidak sesempurna yang merasakannya.ujarnya