BACA JUGA:Nusaibah binti Ka'ab! Sang Singa Merah, Pejuang Wanita Perisai Rasulullah
Padahal orang-orang di Indonesia pada zaman sekarang memiliki tinggi rata-rata sekitar 160 cm.
Konon, saat dimakamkan, kuburan sampai tidak muat.
Akibatnya, kaki jenazah terpaksa harus dilipat.
Karena itulah Duta Nuraya sering pula disebut dengan Datu Panjang.
BACA JUGA:Singkatan Nama Pahlawan Nasional yang Jarang Diketahui Orang, Ada WR Supratman Hingga Buya Hamka
Riwayat Datu Nuraya memang tidak banyak diketahui oleh masyarakat.
Kemunculannya pertama dan terakhir di daerah yang bernama Pantai Jati, Munggu Kerikil, Kabupaten Tapin sangat misterius.
Bahkan pada pertama kali muncul, namanya juga tidak diketahui, sehingga nama Nuraya disematkan oleh Datu Suban sesuai dengan kedatangannya pada Hari Raya Idul Fitri.
Dialah pembawa Kitab Barencong yang kini terkenal.
Legenda Datu Nuraya beredar dari mulut ke mulut, kini dia bermakam di Pantai Jati, Munggu Kerikil di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Datu Nuraya juga dikenal dengan nama Syekh Abdul Mu’in, sebagian adapula menyebut Syekh Abdul Jabbar serta menyebut Syekh Abdur Ra’uf.
Kemunculan Datu Nuraya
Dalam kisah rakyat yang beredar, konon di Pantai Jati, Munggu Karikil dekat Liang Macan, tetangga Desa Tatakan tinggal seorang guru miskin, namun sangat dalam dan tinggi ilmu tasawufnya.
Nama guru itu, Datu Suban.