Pada akhirnya warga pendatang dari Jawa tersebut mendapatkan hak kepemilikan tanah, berkat tiga keluarga nelayan yang menemukan tempat ini dan memutuskan untuk menetap di sana terbentuklah sebuah desa lengkap dengan fasilitas yang dimiliki desa-desa lain.
Hal pertama yang dibangun oleh penduduk Ko panyi saat itu adalah membangun rumah serta masjid dan saat ini desa Ko panyi juga memiliki satu sekolah.
Dimana anak-anak memiliki kelas dan dapat mengenyam pendidikan. Desa ini juga memiliki Rumah Sakit, pasar, toko, rumah makan, lapangan sepak bola dan juga peternakan ikan.
Bahkan saat ini desa Ko panyi juga memiliki sebuah hotel sederhana bagian tengah. Desa ini pun terdiri dari beton yang menghubungkan lusinan toko souvenir kecil dan membentuk labirin sempit yang mengarah ke rumah-rumah penduduk.
BACA JUGA:Gak Perlu Bolak-Balik ATM, Begini Cara Cek Saldo Bansos PKH Masuk Rekening KPM
Jaringan jalan Setapak dan tokoh-toko kecil semuanya menjual kaos batik dan barang-barang yang terbuat dari kerang dan salah satu bagian yang paling menarik dari Desa terapung ini adalah adanya tiga lapangan sepak bola terapung.
Lapangan sepak bola terapung tersebut dibangun setelah Piala Dunia tahun 1986 yang terbuat dari kayu dan kiri juga ada yang terbuat dari beton.
Dahulu, sebagian besar penduduk Desa Ko panyi kehidupannya mencari dan memancing ikan. Tapi, karena sudah menjadi daerah wisata, mereka mengubah dan berjualan cinderamata serta menjadi sumber pendapatan yang berkembang.
Mereka menjual aneka barang cinderamata dan berjualan makanan bagi para turis.
BACA JUGA:Dihargai Rp100 Juta Per Keping, Berikut Deretan Koin Kuno Paling Dicari Kolektor, Auto Tajir Guys
Sayangnya saat ini hanya generasi tua di desa Ko panyi yang masih menggunakan bahasa Indonesia sedangkan generasi muda telah beralih menggunakan bahasa Thailand.