Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo, mengatakan jalan tol ini memiliki kecepatan rencana sebesar 80 km/jam, masyarakat dapat menghemat dari semula 1 jam menjadi kurang lebih kurang 15 menit dari Bengkulu ke Taba Penanjung.
“Tidak hanya memangkas waktu tempuh, jalan tol yang membelah kawasan jalur dari bukit barisan ini juga dapat menjadi pilihan bagi hasil komoditas serta akses ke berbagai obyek pariwisata yangmemiliki nilai seperti contohnya ‘Rumah Pengungsian Bung Karno,” jelas Tjahjo.
Sementara itu, antusiasme masyarakat dalam menyambut kehadiran jalan tol ini juga b isa dilihat dari akumulasi Volume Lalu Lintas (VLL) kendaraan yang telah melintas pada jalan tol tersebut mencapailebih dari 40 ribu kendaraan baik pada saat arus mudik dan arus balik Lebaran pada bulan April lalu.
Hal ini memperkuat komitmen perusahaan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pengendara jalan tol.
BACA JUGA:Welber Jardim Belum Hadir di Seleksi Timnas Indonesia U-17, Bima Sakti: Dia Merapat Agustus
Pembangunan konstruksi jalan tol yang telah beroperasi sejak Triwulan II 2022 ini, dilakukan oleh anak usaha Hutama Karya yakni PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) sejak September 2019 lalu,
dan berhasil rampung pada Maret 2022. Adapun dalam tahap pembangunannya, HKI menerapkan
berbagai teknologi digitalisasi konstruksi.
“Untuk menunjang pembangunan proyek yang lebih efisien, HKI menerapkan teknologi Building Information Modelling (BIM) dan fotogrametri yang dapat membantu menghadirkan kondisi fisik real-time proyek Tol secara 3D visual, sehingga memudahkan pemantauan progres proyek,” terang Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti.
BACA JUGA:PENGUMUMAN PENTING! Ada 2 Bansos Tambahan untuk Para KPM PKH dan BPNT, Syaratnya Cuma Ini
Lebih lanjut, Aji juga menjelaskan lebih rinci tantangan yang dihadapi HKI dalam proses konstruksi jalan tol seperti kondisi topografi trase memiliki tantangan medan yang cukup berat, sehingga mengharuskan tim untuk ‘membelah bukit’ dengan ketinggian hingga 40 meter dan membangun jembatan dan pile slab untuk menyeberangi lembah dan sungai.
Adapun untuk mencegah kelongsoran, HKI juga telah mengimplementasikan sejumlah metode diantaranya pada lereng dibuat sistem trap dan treatment dengan soil nailing. Selain itu, juga dilakukan penanaman vegetasi, hydroseeding, dan vetiver untuk mencegah erosi pada permukaan lereng akibat curah hujan.
“Proteksi lereng harus dilakukan di proyek Jalan Tol Bengkulu –Taba Penanjung untuk mencegah erosi yang berpotensi mengganggu operasional jalan tol,” tutup Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti.
Dalam proses pembangunan Jalan Tol Bengkulu-Taba Penanjung, HKI melibatkan tenaga kerja lokal sebesar 60%.
Sinergi antara sumber daya lokal dan nasional menjadi tumpuan pembangunan sehingga Jalan Tol Bengkulu – Taba Penanjung dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat.