Perseteruan bangsa-bangsa terjadi lantaran rempah-rempah.
Kepulauan Banda kala itu menjadi satu-satunya tempat pohon-pohon pala tumbuh menjadi kawasan yang paling diperebutkan.
Kolonial Belanda rela melepas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New York) agar bisa mengusir Inggris dari kepulauan tersebut.
Perbudakan hingga pembantaian massal pertama di tanah air terjadi di Kepulauan Banda.
BACA JUGA:Ingin Lingkungan dalam Rumahmu Sehat? Coba Tanam Tanaman Hias Ini Ya
Di lokasi itu juga sebuah semangat kebangsaan dan identitas multikultural lahir menjadi warisan sejarah dunia.
Ironisnya, seperti tidak ingin jauh dari cerita kelam di masa kolonial, di tahun 1999, Banda terdampak kerusuhan SARA di Ambon dan kisah memilukan disana.
Satu tokoh yang berbicara di film tersebut yang menjadi korban, seorang keturunan Belanda bernama Pongky van Der Broeke.
Dimana ibu, bibi, istri dan 2 anak perempuannya menjadi korban dalam konflik tersebut.
BACA JUGA:Kue Hijau Khas Palembang Ini Unik, Mirip Wadah Menumbuk Padi, Rasa Manisnya Menggoda!
Pongky mengenang kembali kejadian 20 tahum silam.
Dirinya juga hampir tewas ketika sudah dalam kondisi putus asa dikepung massa, beruntung ia diselamatkan dengan kehadiran pasukan TNI.
Pongky merupakan generasi ke 13 dari pemilik perkebunan Pala di Banda.
Komoditi ekspor berkualitas terbaik di dunia perlahan mulai mengalami kemerosotan.
BACA JUGA:Punya Rumah Tanpa Terlilit Utang? Coba Desain Minimalis Sederhana, Dijamin Lebih Ngirit
Kisah memilukan ini seakan tidak pernah pergi dari tanah Banda, begitu juga di setiap sudut tanah air ini. *