Secara ringkas, proses pembuatan Laksan adalah dengan mengaduk semua adonan bahan menjadi satu, yang terdiri dari ikan dan sagu (sama seperti pembuatan pempek), kemudian bentuk menjadi lenjeran panjang lalu kukus.
Setelah dikukus potong-potong kira-kira 1 cm berbentuk oval.
Sementara untuk kuah, bisa menghaluskan bumbu yang ada, seperti bawang merah dan cabai lalu ditumis.
Setelah harum, masukkan udang yang digiling halus dan masukkan santan dan kemudian godok sambil aduk terus.
BACA JUGA:5 Jajanan Makanan Jadul, Nomor 3 Masih Eksis Sampai Saat Ini
Proses penyajiannya cukup mudah.
Potongan laksan disajikan dalam mangkuk atau piring.
Kemudian disiram dengan kuah santan lalu hidangkan dengan irisan daun kucai dan bawang goreng.
Sebagai informasi, laksan Palembang mengandung nilai sejarah dan tradisi yang kaya sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.
Mengutip Tinjauan Historis Akulturasi Budaya Dalam Kuliner Palembang sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah oleh Fatma dkk (2021), laksan merupakan makanan perpaduan dari budaya Tionghoa dengan Palembang yang kemudian dijadikan sebagai makanan khas masyarakat Palembang.
Beberapa orang menganggap nama laksan berasal dari akronim dalam bahasa Inggris, yaitu “Luck Son”, yang memiliki arti anak laki-laki beruntung.
Tetapi masyarakat Palembang lebih suka menyebutkan dengan laksan lantaran belum terlalu fasih dalam pelafalannya.
Meskipun tidak sepopuler pempek atau tekwan, laksan Palembang tetaplah sebuah pengalaman kuliner yang patut dicoba.
Biasanya makanan ini menjadi hidangan buka puasa saat Ramadhan tiba.
Kamu dapat menikmati sepiring laksan hanya dengan membayar Rp6.000 hingga Rp8.000 saja, harganya sangat bersahabat di kantong, bukan? *