LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Batu Akik Red Raflesia hingga kini masih diburu oleh para penikmat dan kolektor batu akik nusantara, tapi kini keberadaan bahan batu akik berwarna merah merona ini cukup sulit di dapatkan karena sudah tidak diperbolehkan lagi melakukan penambangan batu akik.
Atan, salah satu penikmat dan penjual batu akik dari Provinsi Bengkulu mengungkapkan, sebagian besar bahan batu akik Red Raflesia kualitas super berasal dari Pangeran, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Pada saat demam batu akik, daerah Pangeran ramai di ikuti penambang batu akik, tapi sejak tahun 2015 aktivitas penambangannya mulai ditutup oleh pemerintah setempat.
"Kalau untuk bahan batu akik Red Raflesia sekarang sudah mulai sulit karena tambang di daerah Pangeran sudah tutup, tapi biasanya kolektor mendapatkan bahan batu akik Red Raflesia kualitas super dapat dari pengepul lawasan atau bahan simpanan lama," bebernya.
Atan menjelaskan, untuk bahan Red Raflesia biasa perkilo dijual sekitar Rp 1,5 juta perkilogram dan bahan kualitas super untuk yang masuk kategori kontes sekitar Rp5 juta-Rp25 juta perpicisnya.
"Ya, kalau batu akik Red Raflesia sampai sekarang masih banyak peminatnya, tapi lebih cendrung yang bentuk mumbul kobocon," ungkapnya.
Dia menambahkan, sebenarnya untuk bahan batu akik jenis calsedoni warna merah ada juga yang berasal dari Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan.
"Ada juga bahan batu akik warna merah dari Muratara, tapi sangat jarang dan susah didapatkan," katanya.
Atan menambahkan, selain batu akik Red Raflesia, para kolektor juga masih memburu jenis Bacan dan Pirus, terbukti pada setiap kontes selalu dipertandingkan dan dicari orang," pungkasnya. (frs)