PALEMBANG, PALPRES.COM - Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi tersendiri untuk mewujudkan rasa syukurnya, termasuk Suku Lintang dengan Sedekah Serabi.
Suku Lintang adalah suku yang bermukim di Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan.
Dulunya suku ini menganut kepercayaan animisme atau percaya kepada roh leluhur, namun semakin bergesernya masa suku Lintang kini sebagian besar memeluk Islam.
Suku di tanah Melayu ini memiliki tradisi yang sarat akan makna akan kerukunan dalam berkehidupan sosial.
BACA JUGA:Menilik Tradisi 'Menyuling Ayam' dalam Suku Haji, Pelestarian Kearifan Lokal di Sumatera Selatan
Salah satu tradisinya yaitu "Sedekah Serabi".
Sedekah Serabi ini diperuntukkan bagi seseorang yang sudah berhasil mencapai harapannya dengan membayar nazar berupa Sedekah Serabi sebagai rasa syukurnya.
Jika nazar ini tidak dibayar, pastinya kamu akan merasa bersalah dan berdosa.
Lalu mengapa disebut Sedekah Serabi?
BACA JUGA:Selain Pempek yang Menggugah Selera, Ini 4 Ciri Khas Suku Palembang yang Wajib Diketahui
Selaras dengan namanya, dalam acara kenduri akbar ini, sang ahli rumah menjamu tamu dengan serabi sebagai panganan utamanya.
Seperti yang kita ketahui, serabi adalah makanan khas Jawa Barat, namun berbeda dengan serabi Suku Lintang ini.
Serabi yang dihidangkan ada dua jenis, yaitu serabi belangan atau serabi 44 dan serabi biasa seperti serabi pada umumnya.
Serabi 44 hanya dihidangkan khusus untuk tamu penting dan terhormat, seperti tokoh masyarakat adat, keluarga, dan lainnya.
BACA JUGA:9 Warisan Budaya Suku Komering Terus Berkilau dan Tetap Lestari Hingga Kini, Ada yang Tau?