"Ini pasarnya selalu ramai memang," kata Bu Suwartini, pedagang makanan di Pasar Banu.
BACA JUGA:Ada New York, Ini 7 Kota Besar di Dunia yang Hampir Tenggelam, Bagaimana Jakarta?
BACA JUGA:Warga Jambi Wajib Tau! Cek Asal Kendaraan Cukup Lihat Kode Belakang Plat Nomornya
Pasar Banu hanya buka lima sekali, yakni setiap hari Pasaran dan Wage.
Meski berada di medan yang sulit, Pasar Banu merupakan pasar terbesar di Kecamatan Ngrayun.
Hanya di pasar ini, pengunjung bisa menjumpai beragam jajanan jaman dulu, yang mungkin akan sulit ditemui di pasar umumnya.
Baik di dalam maupun di luar pasar, banyak pedagang yang menjajakan makanan tradisional dengan sederhana.
Suasana di pasar masih sangat tradisional.
Kamu seperti kembali ke era tahun 1980-an.
Terlihat dari beberapa jajanan di sekitar pasar yang masih setia menjual makanan khas pedesaan jaman dulu yang jika dilihat saat ini sudah jarang ditemukan di kota besar.
Ada nasi tiwul, gorengan khas daerah, urap, nasi pecel, soto, dan masih banyak lagi jajanan lainnya yang dijual di pasar tersebut.
Bahkan ada sebuah warung makan di dalam pasar tersebut nampak cukup ramai dikunjungi para pengunjung pasar.
Mereka mengisi perut di sana sambil menunggu teman belanjanya menyelesaikan tujuannya di pasar.
Harga yang ditawarkan jajanan tradisional itu cukup murah.
Hanya sekitar Rp5000 saja untuk 1 porsi nasi tiwul jika ditambah dengan 2 buah gorengan.
Ada juga nasi pecel seharga Rp10.000 untuk harga seporsi nasi pecel.