Sesungguhnya ada hikmah di balik larangan menggunakan semen dan batu bata untuk membangun rumah.
Leluhur kampung ini telah memperhitungkan keamanan dan keselamatan.
Kampung Adat Kuta berada di sebuah lembah yang diapit bukit.
Tanah di sekitar cenderung labil, sehingga rawan pergeseran tanah dan longsor.
BACA JUGA:Kampung Terpencil di Kabupaten Bogor, Berada di Bawah Bukit, Hanya Dihuni 6 KK, Akses Masuk Sulit
Rumah yang dibangun dari kayu dan bahan alam lainnya cenderung lebih tahan dan tidak akan mengalami retak-retak.
Hal menonjol lainnya dari kampung unik di Jawa Barat ini adalah dalam hal pelestarian hutan, sekaligus memertahankan kelestarian mata air dan pohon aren untuk sumber kehidupan warga setempat.
Dikarenakan rasa penghormatan yang tinggi terhadap hutan, warga Kampung Adat Kuta yang akan masuk ke kawasan hutan tidak pernah menggunakan alas kaki.
Alasan mereka tidak menggunakan alas kaki adalah untuk menjaga kelestarian alamnya.
BACA JUGA:SERAM! Kampung Mati di Kabupaten Temanggung, Penghuninya Hanya 2 KK, Hidup Terisolir di Tengah Hutan
Hal tersebut dibuktikan, di mana pohon-pohon di hutan sekitar kampung Kuta ini masih kokoh dan terawat dengan baik.
Lantas dari mana nama Kampung Adat Kuta ini diambil?
Dalam beberapa dongeng yang tersebar di kalangan masyarakat Sunda, kerap disebut adanya Nagara burung atau daerah yang tidak jadi atau batal menjadi ibu kota Kerajaan Galuh.
Daerah ini dinamai Kuta Pandak.
Masyarakat Ciamis dan sekitarnya beranggapan, Kuta Pandak adalah Kampung Adat Kuta di Desa Karangpaningal sekarang. Kemudian warga Cisaga menyebutnya dengan nama Kuta Jero.