Kalimat ini artinya mereka percaya bahwa bisa bertahan hidup tanpa nasi selama mereka punya singkong.
Dan mereka bisa bertahan hidup selama mereka bisa memasak makanan, dan seterusnya.
Kemudian pada tahun 1920-an, terjadi bencana kekeringan yang berdampak pada kebun dan sawah.
Sehingga salah satu tokoh setempat mengenalkan pemanfaatan singkong yang diolah menjadi beras.
BACA JUGA:4 Tempat Makan Dessert di Palembang, Rasanya Otentik Tempatnya Instagramable, Ramah di Kantong!
Pada tahun 1924, para tetua desa mengubah nama Sanguen yaitu nama asli dari beras singkong ini menjadi Rasi.
Masyarakat desa adat ini berpegang pada nilai hidup: “hurip kudu jeung nu kagunganana, lamun jauh muncul sikap sagala wani” yang artinya hidup harus dekat dengan Tuhan, jika jauh dari rasa berani melakukan kesalahan dan merusak manusia dan alam.
Sejak saat itu, masyarakat kampung unik ini Kampung Adat Cireundeu terus mengonsumsi Rasi hingga saat ini.
Beras singkong ini memiliki tekstur yang kenal dan rasa yang gurih.
BACA JUGA:5 Tempat Makan Nasi Gudeg Paling Enak di Palembang, Legit Gurihnya Bikin Mau Tambah 2 Piring!
Adapun cara pengolahannya yaitu singkong digiling, kemudian diendapkan lalu disaring sehingga menghasilkan aci atau sagu.
Selanjutnya ampas dari saringan tadi dikeringkan, lalu dibuat menjadi rasi atau beras singkong.
Tak kalah menarik, ternyata masyarakat kampung unik ini hanya makan dua kali sehari lho!
Singkong dapat bertahan dalam berbagai macam kondisi, dan karena rasa kenyang dari singkong lebih lama daripada nasi.
BACA JUGA:Bikin Segar Tapi Merugikan, 4 Bahaya Minum Es Teh Setelah Makan, Lebih Baik Minum di Waktu Ini!
Seperti yang kita ketahui, singkong kaya akan kandungan karbohidrat seperti halnya beras.