Rumah adat ini terbuat dari kayu dengan atap rumbia yang menonjolkan keindahan dan keunikannya.
Arsitektur bangunannya berbentuk kerucut.
Rumah-rumah dibangun melingkar dan ada tiga tingkatan dimana setiap tingkatannya disusun bebatuan ceper di atas tanah yang sekelilingnya dibangun rumah-rumah. Semakin ke atas, pelataran semakin sempit menyerupai kerucut.
Deretan rumah panggung di kampung ini dibangun melingkar mengitari Tubu Kanga, sebuah pelataran yang paling tinggi yang biasa dipakai sebagai tempat digelarnya ritual adat.
BACA JUGA:Dijuluki Manusia Pasir, Kampung Unik di Jawa Timur Ini Tidur dan Melahirkan di Atas Pasir, Kok Bisa?
Batu ceper yang terdapat di tengah digunakan serupa altar untuk meletakan persembahan bagi leluhur dan sang pencipta.
Rumah panggung ini dibuat dari kayu yang diletakan di atas 16 batu ceper yang disusun tegak untuk dijadikan tiang dasar penopang bangunan ini. Bangunan dengan panjang sekitar 7 meter dengan lebar sekitar 5 meter ini memiliki atap berbentuk kerucut yang dibuat dari alang-alang atau ijuk. Tinggi banguan rumah sekitar 4 meter sementara atapnya sekitar 3 meter.
Selain itu, di Desa Wologai juga terdapat berbagai kerajinan tangan yang terkenal, seperti tenun ikat.
Tenun ikat merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan masyarakat Wologai.
BACA JUGA:30 Menit dari Kota Mataram, Kampung Unik di NTB, Dikenal Desa Sejuta Wisata Alam, Ini Lokasinya
Proses pembuatan tenun ikat ini melibatkan keterampilan tangan yang tinggi dan nilai-nilai tradisional yang kuat.
Desa Wologai juga merupakan pintu gerbang menuju Taman Nasional Kelimutu, yang terkenal dengan keindahan alamnya, khususnya tiga danau berwarna yang terletak di puncak gunung.
Keberadaan Taman Nasional Kelimutu menjadi daya tarik wisata yang signifikan bagi Desa Wologai, mengundang wisatawan lokal dan internasional untuk mengunjungi dan menjelajahi keindahan alam serta kebudayaan yang dimiliki oleh desa ini.
Secara ekonomi, penduduk Desa Wologai mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, terutama dalam usaha pertanian seperti kopi, buah-buahan, dan sayuran.
Desa ini juga memiliki potensi pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui peningkatan infrastruktur dan promosi pariwisata yang lebih baik.
Desa Wologai memiliki populasi yang relatif kecil, dengan mayoritas penduduknya berasal dari suku Manggarai.