Persiapan Generasi Indonesia Emas 2045, Pemkot Lubuklinggau Serius Atasi Stunting

Sabtu 09-12-2023,11:56 WIB
Reporter : Fran Kurniawan
Editor : Fran Kurniawan

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Penjabat (Pj) Wali Kota, H Trisko Defriyansa memimpin rapat koordinasi (rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Lubuklinggau di Auditorium Cinema Hall Bukit Sulap.

Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Evi Silviani dalam kesempatan itu mengungkapkan, penurunan stunting di Provinsi Sumsel pada 2022 lalu sebesar 6,2 persen atau dari angka 24,8 persen menjadi  18,6 persen. Capaian ini merupakan tertinggi di Indonesia.

Dirinya menyampaikan apresiasi kepada Pemkot Lubuklinggau yang berhasil menjadi terendah di Sumsel dengan menurunkan stunting sebesar 11,1 persen pada tahun 2022 lalu.

Dia berpesan jangan sampai angka ini malah kembali naik di tahun 2023.

BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Gagas Kawasan Kampung Budi Daya Ikan Sebaung dan Sebar 16 Ribu Ekor Bibit Jelawat

“Jaga sinergitas antar lintas sektor dalam penanganan stunting di Kota Lubuklinggau,” imbuhnya.

Kepala Bappedalitbang Kota Lubuklinggau, H Emra Endi Kesuma dalam laporannya mengatakan ada beberapa agenda yang akan dibahas dalam rakor hari ini antara lain data bulanan terkait stunting dari Dinas Kesehatan, monitoring pembuatan dan pelaksanaan inovasi dalam penurunan stunting oleh DPPKB, monitoring program intervensi penurunan stunting oleh masing-masing OPD serta monitoring penggunaan anggaran oleh Bappedalitbang.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Lubuklinggau, Erwin Armeidi menambahkan progress report intervensi spesifik hingga Oktober 2023 di Kota Lubuklinggau terdapat 156 balita yang terdampak stunting.

Namun jumlah itu mengalami penurunan di November menjadi 136 balita. Mereka tersebar di delapan kecamatan dalam wilayah Kota Lubuklinggau.

BACA JUGA:Ini 5 Mitos Kesehatan, Nomor 4 Masih Dipercaya oleh Para Perokok Lho

Selain itu, beberapa balita yang diukur terlihat berkembang dari kategori sangat pendek menjadi pendek dan dari pendek menjadi normal.

Contohnya atas nama Adelia Haifa dari Puskesmas Sidorejo yang diukur saat Oktober masuk dalam kategori sangat pendek namun ketika diukur kembali pada November sudah kategori pendek.

Kemudian balita atas nama Azzahrah Renzi Alesya dari Puskesmas Perumnas yang diukur pada Oktober masuk dalam kategori pendek dan November sudah kategori normal. (*)

 

Kategori :