Bahkan, hasil produksi yang diperoleh dari tambang Ombilin itu juga mempu memenuhi 90 persen kebutuhan di Hindia Belanda kala itu.
Namun, pertambangan di daerah Sumatera Barat ini terjadi di masa kolonial Belanda, tentunya para pekerja mengalami banyak siksaan.
Salah satu kisah yang terkenal adalag lubang tambang Mbah Suro.
Mbah Suro sendiri merupakan seorang mandor dari Jawa yang dikirim ke tambang Ombilin di Sumatera Barat.
Mbah mandor dari Jawa ini cukup disegani orang-orang, lantaran dipercaya mempunyai ilmu kebal, namun juga seorang pekerja keras, tegas dan taat beragama.
Diceritakan pula, jika Mbah Suro ini juga cukup kejam pada anak buahnya, karena ia juga tidak segan menghukum menggunakan cambuk.
Apabila berkunjung ke tambang Ombilin, nantinya para pengunjung akan bertemu salah satu terowongan yang dibuat oleh pekerja di lokasi tambang mineral itu.
Ironisnya, yang membuat terowongan itu adalah para pekerja paksa yang kakinya dirantai atau yang disebut dengan manusia rantai.
BACA JUGA:Ini Urutan Memakai Skincare di Pagi Hari, Jangan Terbolak-balik Ya, agar Hasil Gak Zonk
Dengan makanan yang terbatas dan siksaan dari para mandor yang kejam, pastinya banyak orang yang tewas karena kekejaman dari para kolonial Belanda.
Tidak sampai disitu, usai para kolonial asal Eropa itu pergi dari Indonesia, tambang batu bara Ombilin sempat dikuasai Jepang tahun 1942 hingga 1945.
Disinilah sejak Indonesia merdeka, pada tahun 1945 - 1961, tambang Ombilin mulai dikelola Direktorat Pertambangan.
Produksi dari tambang pertama sekaligus tertua di Indonesia ini pernah memproduksi batu bara cukup banyak.
Sebab, pada tahun 1976 produksi tambang Ombilin ini mencapai 1.201.846 ton per tahun.