Karena itu di zaman Nabi di saat Ramadan yang adzan 2 orang.
Adzan pertama itu Bilal, dan kalau Bilal sudah adzan, maka Abdullah bin Mas’ud diminta membaca 50 ayat Al Quran
Kalau Abdullah bin Mas'ud sudah baca 50 ayat Al Quran tersebut, sudah tahu sebentar lagi sudah masuk waktu fajar atau Subuh.
BACA JUGA:4 Masalah yang Sering Ditanya Terkait Batal Tidaknya Puasa, Ini Jawabannya
BACA JUGA:3 Amalan Sunnah Saat Puasa Ramadan, Ganjarannya Pahala Berlipat Ganda, Ini Penjelasannya
Kemudian sahabat nabi lainnya dengan lantang mengucapkan “Tanbihun” beberapa kali dan berkeliling.
Pada saat itulah umat Islam saat itu, menyelesaikan makannya, dan membersihkan mulut dari sisa makanan.
Kalau Abdullah bin Mas'ud selesai membaca Al Quran, maka dikumandangkan adzan yang ke-2 dan yang menjadi muadzin adalah Abdullah bin Abi Ummi Maktum.
Ketika adzan yang kedua ini mulai dikumandangkan, maka tidak ada yang boleh makan dan minum lagi.
BACA JUGA:Membayar Utang Puasa Ramadan dengan Fidyah, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
Bila masih ada yang masih makan dan minum, maka batal puasanya.
Namun di Indonesia tidak ada adzan kedua ini, karena hanya sekali adzan saja.
Namun sebelum adzan telah ada Tanbihun yang di Indonesia biasanya disebar waktu Imsak, atau di televisi tertulis waktu Imsak.
Padahal semestinya Imsak itu sama dengan adzan Subuh.