Bahan dasarnya menggunakan beras yang dimasak di dalam batang bambu.
Kuliner inipun mempunyai rasa gurih lantaran penambahan santan juga jahe yang cukup kuat dalam bumbunya.
Setelah itu, seluruh warga akan memakan Nasi Jaha atau barundak secara massal.
Hal ini sebagai wijud silaturahmi dan ajang reuni para perantau setelah sekian lama berpisah dengan keluarga dan warga kampung.
Puncaknya, sabut kelapa dan bahan pembuatan Binarundak berton-ton akan terhampar di sepanjang jalan kelurahan.
Tak jarang, kegiatan ini membuat arus lalulintas harus dialihkan akibat kepulan asap lebat dari pembakaran bahan pembuatan Binarundak ini.
Demikianlah informasi mengenai tradisi unik lebaran Idul Fitri di Sulawesi Utara sebagai ajang silaturahmi dan reuni para perantau.