Dari wawancara masyarakat, diketahui jika wilayah edar gajah tak sengaja diganggu.
Akibatnya, gajah masuk dan mengamuk di pemukiman warga,” jelas Ali Goik.
BACA JUGA:Jadwal Sholat 5 Waktu untuk Wilayah Palembang dan Sekitarnya Hari Ini 11 Mei 2024
BACA JUGA:Lowongan Kerja 8 Posisi Jabatan dari PT Tanjung Power Indonesia Lokasi Kalimantan Selatan, Tertarik?
Dalam kasus itu, menurut Ali Goik, ada hal yang cukup menarik perhatian.
“Dahulu masyarakat untuk mengalau gajah, cukup dengan kata-kata ‘simbah ojo mlebuh niki rumah cucumu’ atau ‘mbah tinggali makan untuk cucumu’.
Maka gajah akan segera pergi.
Kalau sekarang untuk mengalau gajah harus dengan berbagai cara dan berganti strategi.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Tanpa Shin Tae-yong Saat Lawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026?
Kalau bulan depan harus pakai tetabuan kaleng, bulan berikutnya perlu percon demikian seterus,” tegas Ali Goik, Jumat 10 Mei 2025.
Budayawan Sumsel, Vebri Al-Lintani yang juga bagian dari Tim Puskass, membenarkan apa yang dikatakan Ali Goik.
Menurut Vebri, sebetulnya sejak dahulu sudah ada harmonisasi antara kehidupan gajah dan masyarakat di Sumsel.
Dikatakan Vebri, gajah itu hewan cerdas yang akan merasa terganggu kalau diusik.
BACA JUGA:Honda Vario 125 Hadir dengan Rangka Underbone dan Fitur Terbaru
BACA JUGA:Penantian 33 Tahun Terbayarkan, Begini Progres Bendungan Rp1,38 Triliun di Sumatera Utara