Hal ini dikarena pola pemeliharaan ternak dengan pola instensif (pengandangan) yang mengakibatkan biaya produksi terutama pakan menjadi tinggi.
BACA JUGA:Pagi Ini, Gempa Laut 5.5 Magnitudo Guncang Bone Bolango Gorontalo
Ia mengatakan dengan pemeliharaan dengan pola instensif akan membatasi keberhasilan dalam jumlah populasi ternak yang mampu dipelihara.
Ditambah belum tersedianya fasilitas lahan pengembalaan umum yang mampu menampung yang menjamin keberlangsungan peternakan.
Tak hanya itu belum ada kesatuan program yang mengembangkan peternakan melibatkan lintas sektoral dalam bentuk program terintegrasi.
"Hal itu sangat menarik, tentunya yang dapat dilakukan yakni sistem pemeliharaan ternak sapi dengan rotational grazing atau pengembalaan ternak yang intensif di mana ternak merumput pada pada pengembalaan secara bergiliran dari paddock (padang rumput) yang satu ke paddock yang lain kemudian kembali ke paddock semula setelah kondisi tanaman kembali siap disenggut, ini adalah salah satu metode yang efektif," tutupnya
BACA JUGA:16 Negara Lolos Babak 16 Besar Euro 2024: Turki dan Georgia Rebut 2 Tiket Terakhir Fase Knock Out
BACA JUGA:Harga Emas Hari Ini 27 Juni 2024 di Pegadaian, Antam Bertahan, UBS Turun Tipis
Yang diharapkan metode pengembalaan ini dapat menurunkan biaya produksi termasuk pakan yang mencapai 3-4 juta dalam 1 tahun yang dapat menjadi keuntungan dari peternak.