Saat bertemu dengan perwakilan dari Islamic Society of North America (ISNA), Abdul menceritakan, bahwa ISNA saat ini juga menggunakan penanggalan hijriyah metode hisab.
BACA JUGA:Kernet Speed Boat Hilang di Sungai Musi, Kantor SAR Palembang Terjunkan Tim Rescue
Di Karenakan hisab yang memberikan akurasi kalender yang berjangka panjang, ia mengatakan ISNA dapat membuat kesepakatan dengan Sekjen PBB supaya di waktu awal Syawal PBB tidak menyelenggarakan sidang sebab umat muslim merayakan Idulfitri.
"Dalam Sidang ditiadakan pada saat Idulfitri untuk menghormati orang Islam yang merayakan Idulfitri itu. Karena itu perhitungan kalender yang menggunakan hisab itu memiliki kepastian sehingga ISNA bisa memberikan informasi kepada Sekjen PBB mengenai kapan Idulfitri, dan bisa disinkronkan dengan jadwal persidangan," ungkapnya.
Menurut informasi selama ini Muhammadiyah menerapkan kriteria wujudul hilal ketika menentukan awal bulan hijriah.
Dalam Kriteria ini mensyaratkan awal bulan Hijriah berlaku jika konjungsi atau kesegarisan matahari, bulan, dan bumi yang menandai fase baru bulan terjadi sebelum maghrib dan ketinggian bulan saat itu sudah di atas ufuk.
BACA JUGA:Vanili Kering dan Rempah Rempah Sumsel Diminati Prancis, Balai Karantina Sumsel Bantu Proses Ekspor
BACA JUGA:PT United Tractors Tbk buka Lowongan Kerja Terbaru, Posisi Menarik! Ini Syarat dan Kualifikasinya
Wilayah berlakunya kriteria ini hanya di Indonesia.
Dikutip di laman resmi Muhammadiyah, KHGT memiliki beberapa prinsip yang saling terkait dan melengkapi.
Pertama, prinsip keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia.
Konsep ini memastikan setiap hari memiliki satu tanggal di seluruh dunia.
BACA JUGA:Berikut 5 Cara Mudah Merawat Tanaman Hias Calathea Zebrina
KHGT bertujuan menghindari perbedaan dalam menetapkan momen-momen ibadah penting seperti Ramadan dan Syawal. Hal ini merespons perbedaan penentuan hari-hari ibadah yang dapat berlangsung hingga berhari-hari, yang tentunya tidak ideal mengingat pentingnya waktu dalam ajaran Islam.