Menag Sambut Kunjungan Imam Besar Al Azhar, Sebut Indonesia Best Practice Membangun Dialog Agama dan Peradaban

Rabu 10-07-2024,17:16 WIB
Reporter : Bethanica
Editor : Bethanica

PALPRES.COM- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu contoh terbaik dalam membangun dialog agama dan peradaban.

Hal ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada Penyambutan Antar-Iman dan Antar-Peradaban bagi Kunjungan Imam Besar Al Azhar di Indonesia.

Acara ini digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Agama di Jakarta, Rabu 10 Juli 2024.

Hadir Grand Syekh Al-Azhar yang juga Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM), Imam Akbar Ahmed Al Tayeb, Rois 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais 'Aam KH Afifuddin Muhajir, Katib 'Aam KH Ahmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU KH Saifullah Yusuf, para tokoh Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan aliran kepercayaan. Hadir juga, ribuan Nahdliyyin dan umat dari berbagai agama.

BACA JUGA:Kemenag Sumsel Instruksikan Para ASN Untuk Aktif Dalam Memberantas Judi Online

BACA JUGA:Kakanwil Kemenag Sumsel: Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Berjalan Sukses, 3 Indikator Penting Kuncinya

"Indonesia adalah salah satu contoh best practice dalam membangun dialog antaragama dan peradaban," tegas Menag saat memberikan sambutan.

Gus Men, sapaan akrab Menag, mengawali sambutannya dengan menyampaikan salam enam agama. Menurut Gus Men, salam  itu bagian dari cara Indonesia merawat kerukunan.

"Di tengah keragaman agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu), aliran kepercayaan, suku, ras dan golongan, bangsa ini dapat hidup berdampingan, penuh harmoni," sambungnya.

Gus Men mengatakan, dunia saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja.

BACA JUGA:Kabar Baik! Sukses dengan Ramah Lansia, Kemenag Segera Siapkan Layanan Haji Ramah Disabilitas

BACA JUGA:Viral Video Jemaah Haji Wafat di Jalanan Makkah, Kemenag Beri Penjelasan

Konflik antarnegara, konflik antaragama, bahkan intra agama masih kerap terjadi.

Di antara sebab konflik tersebut adalah tidak adanya kesalingan antarkomponen; tidak saling memahami, tidak saling mengerti, dan tidak saling mencintai. 

Salah satu cara terbaik untuk mencegah konflik tersebut, kata Menag, adalah dengan membangun dialog antaragama dan dialog antarperadaban.

Kategori :