Ekosistem dan fasilitas digital yang mumpuni harus dimiliki kampus, yang ingin menarik minat Gen Z untuk menimba ilmu di dalamnya.
Dicontohkan Wikan Sakarinto PhD, yakni Akademi Inovasi Indonesia yang dia pimpinpin telah menerapkan Teaching Factory.
Kurikulum mahasiswa, menurut Wikan, didesain berbasis praktik.
BACA JUGA:Inilah Gua Siluman di Yogyakarta, Keindahan Alamnya Dibaluti Cerita Mistis
BACA JUGA:5 HP Bakal Hadir Sebentar Lagi, Mulai Dari Samsung hingga Apple
Kemudian, hasil praktikumnya berupa produk dijual langsung lewat berbagai jejaring media sosial.
Hal tersebut, lanjut Wikan, membuat kampus yang dia pimpin digandrungi pendaftar.
Bahkan saat ini sudah bisa menggratiskan biaya perkuliahannya.
Dikatakan Wikan, Gen Z langsung praktik, yang bisa sekaligus seperti pengalaman kerja.
BACA JUGA:Harga Emas Antam dan Pegadaian Hari Ini 11 Agustus 2024 Kompak Turun
BACA JUGA:Update Harga Emas Antam di Palembang Hari Ini Masih Stabil
Sementara Prof Achmad Jazidie, Ketua LPT Nahdlatul Ulama Jawa Timur, berbagi pengalaman terkait membangun kepercayaan atas kualitas kampusnya.
Bahkan, kata Achmad Jazidie, kampusnya meraih akreditasi unggul dari Pemerintah hanya di waktu 10 tahun semenjak tersebut didirikan.
Prof Sri Gunani dan Prof Suprapto dari ITS Surabaya dalam Executive Forum SEVIMA, memaparkan terkait pengalamannya atas publikasi raihan penghargaan dari UNESCO serta penciptaan berbagai inovasi kekayaan intelektual (HAKI).
Dr Sukadiono, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dalam Executive Forum SEVIMA, berbagi pengalaman menjadi sponsor klub sepakbola Persebaya dan menyebarluaskannya lewat berbagai media sosial.
BACA JUGA:18 Anak di OKI Ikuti Baksos Operasi Bibir Sumbing, Pj Bupati: Mereka Perlu Uluran Tangan Kita Semua