Produksi minyak fase primer dari lapangan Duri mencapai puncaknya pada 1965, yakni sebesar 65 ribu barel.
BACA JUGA:Bakti PHE Untuk Mendukung Kedaulatan dan Ketahanan Energi Nasional
BACA JUGA:Ini Deretan Bukti Positif PHE Mencatatkan Hasil Produksi Migas Lebih dari 1 Juta BOPD
Seiring dengan penurunan tekanan di reservoir serta karakteristik minyak Duri yang kental, produksinya mulai menurun.
Pada tahun 1975, studi berbagai teknologi _Enhanced Oil Recovery_ (EOR) mulai dilakukan, termasuk Steamflood (injeksi uap).
Tahun 1985, hasil studi Steamflood berhasil membuat nadi lapangan Duri berdenyut kencang dan menaikkan kembali produksi minyak dari lapangan.
Puncaknya pada 1995 di lapangan Duri tercatat menghasilkan 302 ribu barel per hari, yang kemudian secara alamiah kembali menurun.
BACA JUGA:PHE NSO dan PEP Lirik Field Raih Penghargaan Gold dalam Ajang TJSL dan CSR Award 2024
BACA JUGA:Direktur PHE Raih Penghargaan Indonesia Top Green Leaders Award 2024 Karena Lakukan 2 Poin Ini
Metode injeksi uap telah merevolusi cara mengekstraksi minyak dari dalam perut bumi.
Dengan menyuntikkan uap panas ke dalam reservoir, minyak yang semula kental menjadi lebih encer dan mudah dipompa ke permukaan.
"Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produksi secara signifikan, tetapi juga memperpanjang usia produktif ladang minyak Duri," ujar Cece.
Lapangan Duri kini telah berusia 70 tahun. Sejarah lapangan Duri membuktikan bahwa keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan serta penambahan area-area baru.
BACA JUGA:Bagikan Kunci Enkripsi Data yang Disandera, Hacker Brain Cipher Tebar Ancaman Baru
BACA JUGA:PHE Capai Kinerja Keberlanjutan yang Optimal Karena Konsisten Melakukan Ini
Denyut produksi lapangan Duri sempat kembali meningkat setelah area North Duri Development (NDD) Area 12 dioperasikan pada 2009, disusul area 13 pada 2013.