Joko menyampaikan, indeks kepuasan jemaah haji selama lima tahun sejak 2019 hingga 2024 umumnya mengalami kenaikan, namun sempat mengalami penurunan di tahun 2023.
BACA JUGA:Ini Jadwal Resmi Keberangkatan Kloter 1 Jemaah Calon Haji 2025
BACA JUGA:Kemenag Sumsel Gelar Jamarah, Cari Solusi Permasalahan Penyelenggaraan Haji dan Umrah
“Tahun 2019 indeks kepuasan ada di angka 85,91, kemudian tahun 2020 hingga 2022 sempat ditiadakan karena COVID-19, dan tahun 2022 indeks kepuasan ada di angka 90,45. Di tahun 2023 sempat menurun menjadi 85,83, dan tahun 2024 ini kembali meningkat jadi 88,20,” paparnya.
Ia menyampaikan, keberadaan petugas haji yang memberikan informasi termasuk paling banyak diapresiasi jemaah.
“Cara pengaturan jemaah haji juga diapresiasi, akses dan kecepatan petugas haji dalam merespons jemaah juga paling banyak mendapatkan penghargaan dari jemaah. Selain itu, dengan adanya inovasi Kawal Haji juga menjadi apresiasi dari jemaah,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan, semua jenis layanan haji telah mencapai kriteria sangat memuaskan, kecuali layanan tenda dan konsumsi Armuzna yang masih memerlukan banyak perbaikan.
BACA JUGA:Pansus Pertanyakan Lelang Mitra Kerja Haji Dilakukan di Arab Saudi, Kemenag: Sudah Sesuai Ketentuan
BACA JUGA:Kemenag Tegaskan Tidak Ada Jual Beli Kuota Haji, Sudah Sesuai Regulasi
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengemukakan, meski masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyelenggaraan haji 2024, tetapi ia mengapresiasi hasil survei BPS yang menyatakan penyelenggaraan haji di tahun 2024 secara umum sangat memuaskan.
“Alhamdulillah upaya kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan di tahun 2024 ini juga membuahkan hasil yang baik menurut hasil BPS, dan kami juga merasakan seperti itu. Memang masih ada beberapa catatan penting, seperti akomodasi yang perlu mendapatkan perbaikan signifikan di masa yang akan datang, khususnya pada puncak haji, itu akan menjadi perhatian kami,” ujar Hilman.
Selain itu, ia menyampaikan terkait tenda bagi jemaah haji juga akan terus diperbaiki untuk penyelenggaraan haji ke depan agar bisa mengakomodasi seluruh jemaah.
Selain itu, lanjut Hilman, skema tanazul juga menjadi salah satu alternatif yang akan ditawarkan untuk mengurai kepadatan di Mina.
"Berdasarkan survei tadi bahwa memang mengenai tenda, masalah kepadatan perlu perbaikan. Mungkin proyeksinya, tanazul yang kita siapkan tahun lalu, akan diambil dan bisa diterapkan untuk tahun yang akan datang," kata Hilman.
"Saya kira itu salah satu rekomendasinya yang saya tangkap dari hasil survei," sambungnya.
Hilman menjelaskan, yang dimaksud dengan tanazul adalah jemaah yang memilih tinggal di hotel terdekat Jamarat bukan di tenda Mina.