Tak Hanya Kaya Akan Bumbu dan Rempah, Pindang Memiliki Sejarah Panjang Dari Akulturasi Budaya Sumsel!

Minggu 13-10-2024,12:50 WIB
Reporter : Try Dina
Editor : Try Dina

PALPRES.COM - Sebagai menu tradisional khas Sumsel dengan bumbu kaya rempah, Pindang menjadi saksi dari akulturasi budaya di Sumatera Selatan.

Bagi masyarakat lokal Sumsel merupakan makanan yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan sehari-hari.

Di Sumsel sendiri, makanan tradisonal ini banyak ragamnya.

Disesuaikan dengan daerahnya. 

Adapun bumbu dan rempah yang dipakai dalam masakan pindang merupakan bagian dari gambaran hubungan antara budaya masyarakat Sumatera Selatan dengan semua budaya para pendatang.

BACA JUGA:Bansos CPP Beras 10 Kilogram Mulai Disalurkan Minggu Ini, Bagaimana Dengan Tahun 2025?

BACA JUGA:DOBEL BERKAH! 2 BLT Cair Mulai Besok, Per KK Bisa Terima Hingga Rp 900.0000

Pindang adalah kuliner ramah lingkungan.

Sebab, bahan baku utamanya adalah ikan dan rempah, yang didapatkan dari alam. 

Artinya, masyarakat harus menjaga lingkungan guna mempertahankan masakan pindang.

Masakan pindang hadir sebagai bagian dari menu keseharian keluarga di Sumatera Selatan, dibuktikan dengan banyaknya variasi yang menyesuaikan kondisi lingkungan masyarakat. 

Misalnya, masyarakat Meranjat mengenal pindang meranjat yang menggunakan terasi dan nanas sebagai rampainya untuk memberikan rasa segar pada kuah pindang.

BACA JUGA:Peserta Mencapai 1000 Orang, Webinar ASN Siginjai Seri 1 Sukses Digelar Pemerintah Kota Jambi

BACA JUGA:MEWAH! 5 Motor Keren di Indonesia Seharga Rumah, Kamu Punya yang Mana?

Bumbu-bumbu yang digunakan dalam masakan pindang merupakan bagian dari gambaran hubungan antara   budaya masyarakat Sumatera Selatan dengan semua budaya para pendatang.

Secara umum bumbu pindang terdiri cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, dan jahe. 

Semua  bumbu utama ini merupakan jenis yang umum digunakan dalam kuliner masyarakat di Indonesia. 

Jika merujuk asal, tanaman tersebut bersumber dari negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan masyarakat Sumatera Selatan.

Misalnya cabai  dibawa orang Portugis, kunyit dibawa orang India, jahe  dibawa orang Tionghoa, lengkuas dibawa orang India, Arab, Tionghoa.

BACA JUGA:CANTIK DAN LEMBUT! Ini Kain Jumputan Hasil Celupan Khas Sumsel yang Mendunia

BACA JUGA:Ziarah Puyang Sebagai Sebuah Ikon Wisata Religi Berbalut Tradisi, 15 Km Dari Titik Nol Kota Pagar Alam!

Kemudian ada bawang putih dibawa orang Tionghoa dan Arab, bawang merah dibawa orang India, nanas dibawa orang Portugis dan Spanyol,  daun kemangi dibawa orang India, batang serai [Cymbopogon citrdibawa orang Srilangka, dan masih banyak lagi.

Sebagian besar jenis bumbu yang digunakan dalam masakan pindang, di masa lalu merupakan komoditas perdagangan di Nusantara.

Selain kunyit, para  pedagang India dan Arab juga membawa tanaman bawang merah dan lengkuas yang kemudian dijadikan bumbu utama dalam pengolahan pindang. 

Selain India dan Arab, semangkuk pindang pun merepresentasikan hadirnya pengaruh Tionghoa dengan digunakannya bawang putih dan jahe.

BACA JUGA:Modal Rp 200 Jutaan Aja, Kamu Sudah Dapat 5 Merek Mobil Mewah Ini, Keren Dibawa Kondangan!

BACA JUGA:JAGA PERTAHANAN NEGARA! Ini 5 Rudal Milik Indonesia yang Mampu Getarkan Militer Dunia

Selain dikenal luas masyarakat Sumatera Selatan, masakan pindang juga dapat dikonsumsi semua lapisan masyarakat. Selain itu, hampir semua masyarakat dapat membuatnya.

Jadi tidak heran, selain memiliki sejarah panjang, menyuguhkan cita rasa Nusantara berkelas dunia, Pindang juga telah menjadi jati dir warga lokal dalam hal ini Sumatera Selatan yang kita cintai ini.

 

Kategori :