PALPRES.COM - Indonesia hingga kini belum mencatatkan kemajuan berarti dalam pengembangan proyek nuklir.
Apabila ditarik ke belakang, Soekarno pernah berpesan agar bangsa Indonesia menguasai teknologi pemanfaatan tenaga nuklir.
Menariknya, dibawah pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto diskusi mengenai energi nuklir kembali menguat.
Pada Form Ceonference of the Parties, COP29 di Azerbaijan, Indonesia mempresentasikan rencana besar Presiden RI Prabowo Subianto berupa proyek energi terbarukan dengan total kapasitas 100 gigawatt.
BACA JUGA:Dicairkan 1 Desember 2024, 6 Tunjangan Ini Bakal Diterima PNS Semua Golongan
BACA JUGA:Taiwan Minta Dukungan Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB, Ini Alasannya
Bahkan, proyek ambisius Prabowo Subianto ini diproyeksikan akan menyedot nilai investasi mencapai 235 miliar USD atau setara Rp3.684 triliun yang akan dijalankan hingga 2040.
Perwakilan RI dalam COP29, Hasyim menjelaskan bahwa investasi ini difokuskan menambah kapasitas listrik hingga lebih dari 100 gigawatt.
Dimana 75 persen akan bersumber dari energi baru dan terbarukan seperti energi panas bumi, tenaga air dan nuklir.
Bukan itu saja, rencana yang digagas lagi oleh Prabowo Subianto ini juga mencakup program baru, termask teknologi penangkap dan penyimpanan karbon.
BACA JUGA:Salurkan 1.000 Paket Warteg Mobile, BSI Maslahat Bantu Penuhi Pangan Warga yang Membutuhkan
Potensi Indonesia sebagai superpower dalam penyimpanan karbon pun diakui, mengingat kemampuan penyimpanan karbon yang tak dimiliki banyak negara lain.
Tentunya, proyek ini akan memberikan angin segar bagi sektor nuklir di Indonesia.
Kini, Indonesia berkomitmen mencapai net zero emission, sehingga nuklir menjadi bahan pertimbangan yang kuat untuk pembangkitan listrik dalam negeri.