JAKARTA, PALPRES.COM – Sebagai upaya mengantisipasi gempa Megathrust, Kementerian PU diminta melakukan pengawasan bangunan agar cukup kuat untuk menghadapi gempa berkekuatan 8,7 SR.
Terlebih di Zona Megathrust seperti di Lampung, Sumatera Selatan dan Banten.
Demikian ditegaskan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, saat berkunjung ke Kantor Kementerian PU, Jumat 29 November 2024 lalu.
Dalam kunjungan Kepala BMKG tersebut, sebagaimana dilansir dari laman Website Kementerian PU, juga dibahas soal mitigasi bencana hidrometeorologi yang bertepatan dengan arus Nataru, mitigasi gempa megathrust dan koordinasi penanganan Gunung Lewotobi.
BACA JUGA:Hadapi Megathrust, Kantor SAR Palembang Gelar Latihan Urban SAR, Cek Kesigapannya
BACA JUGA:Gempa Megathrust Ancam Wilayah Indonesia, Bagaimana IKN?
Mitigasi bencana hidrometeorologi
Kepada Kementerian PU, Dwikorita Karnawati menekankan agar mitigasi bencana hidrometeorologi di akhir 2024 ini sangat mendesak dilakukan.
Menurut Dwikorita Karnawati, terdapat perbedaan terkait cuaca dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2020 hanya cold surge saja, sedangkan tahun lalu hanya Madden-Julian Oscillation (MJO).
BACA JUGA:Zona Megathrust, Sumber Gempa Kecil yang Bisa Picu Gempa Besar dan Tsunami
BACA JUGA:Gempa 5. 8 M di Yogyakarta Dipicu Pergerakan Lempeng Zona Megathrust, Terjadi Puluhan Gempa Susulan
Namun di tahun ini, menurut Dwikorita Karnawati, yang dihadapi tidak hanya satu faktor saja.
Karena selain ada MJO, juga cold surge, la nina lemah dan puncak musim hujan di Pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan.
Puncak musim hujan
Sementara Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti mengatakan untuk bersiap menghadapi arus Nataru 2024-2025 dan puncak musim hujan.
BACA JUGA:Kantor BMKG Terancam Megathrust! Usulkan Bangun Gedung Baru Senilai Rp235 Miliar