JAKARTA, PALPRES.COM – Pada peristiwa tsunami dahyat yang melanda Aceh pada 2004 silam, ternyata BMKG belum mampu memberi peringatan dini kepada masyarakat.
Padahal jika peringatan dini bisa diberikan, paling tidak bisa menekan jumlah korban dalam bencana dahsyat tersebut.
Diketahui, gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2024 menewaskan sekitar 227.898 jiwa pada 14 negara.
Sementara Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, dan Maladewa, adalah negara yang paling parah terkena dampaknya.
BACA JUGA:20 Tahun Lalu, Gempa 9.1 Magnitudo Guncang Aceh, Picu Tsunami Dahyat di Samudera Hindia
BACA JUGA:Konten Tiktok Ramal Gempa Megathrust dan Tsunami, Ahli BMKG: Jangan Percaya Hoax!
Sedangkan Banda Aceh melaporkan jumlah korban jiwa terbanyak.
Penyebab peringatan dini tak maksimal
Dr Daryono S.Si, MSi, Kordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengakui jika pada gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004 BMKG belum mampu memberikan Peringatan Dini Tsunami.
Hal itu diungkap Daryono, dalam unggahannya di laman media sosial Instagram, @DaryonoBMKG, Minggu 29 Desember 2024.
BACA JUGA:Vanuatu Diguncang Gempa 7.5 Magnitudo, BMKG: Indonesia Aman
Dijelaskan Daryono dalam unggahannya tersebut, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan saat itu BMKG belum mampu memberikan Peringatan Dini Tsunami.
Faktor pertama, BMG atau yang saat ini dikenal sebagai BMKG, belum mengoperasikan jaringan seismic digital (digital network).
“Selain itu jumlah Sensor Seismograf masih sangat sedikit dan belum terintegrasi.
BMG sendiri saat itu baru memiliki 28 Sensor Seismograf Semi Telemetri, yang sebagian besar rusak.