BACA JUGA:Update BMKG, Pagi Ini Gempa 4.5 Magnitudo Guncang Pohuwato Gorontalo, Tak Berpotensi Tsunami
BACA JUGA:KEREN! Peduli Korban Gempa, RI Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Vanuatu
Selain 29 Seismigraf Analog di berbagai Kantor Stasiun Geofisika,” jelas Daryono.
Belum Operasikan Teknologi broadband seismology
Faktor lainnya, menurut Daryono, saat itu BMKG belum mengoperasikan teknologi broadband seismology.
Sehingga, belum mampu menentukan Magnitude Moment (Mw) untuk gempa besar.
BACA JUGA:Pagi Ini Gempa 4.9 Magnitudo Terjadi di Maluku Barat Daya, Cek Update Pusat Gempa Regional IX Ambon
BACA JUGA:Pagi Ini Gempa 4.5 Magnitudo Guncang Maluku Barat Daya, Cek Update Pusat Gempa Regional IX Ambon
“BMKG saat itu baru mampu menentukan Magnitude gempa dalam Skala Richter (SR) berbasis seismograf Short Period,” ungkap Daryono.
Ditambahkan Daryono, sistem pengolahan data gempa di BMKG saat itu juga masih semi digital dan manual.
Sehingga, lanjutnya, proses penentuan parameter gempa butuh waktu lama dengan hasil kurang akurat.
“Faktor lainnya yang menjadi penyebab gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004 BMKG belum mampu memberikan Peringatan Dini Tsunami, karena sistem diseminasi informasi gempa belum terbangun dan masih mengandalkaj jaringan telepon,” ujar Daryono.
BACA JUGA:Pagi Ini Gempa 3.9 Magnitudo Guncang Sukabumi, Cek Update Terkini Balai Besar MKG Wilayah 2
BACA JUGA:Pagi Ini Gempa 4.1 Magnitudo Guncang Tilamuta Gorontalo, Cek Kedalaman dan Episentrumnya
Jenis gempa dangkal
Sebelumnya, dalam laman Instagram @DaryonoBMKG, Daryono kembali mengenang gempa 9.1 Magnutudo 20 tahun lalu, tepatnya 26 September 2024 pukul 07.59 WIB, terjadi di utara Pulau Sumatera.
Dalam unggahannya, Daryono menjelaskan jika, gempa bumi dengan getaran kuat tersebut terjadi pada episenter di koordinat 3,295 LU dan 95,982 BT, tepatnya di Samudra Hindia barat Aceh
Menurut Daryono, gempa tersebut yang terjadi pada kedalaman hiposenter 30 km merupakan jenis gempa dangkal dipicu aktivitas subduksi.