PALPRES.COM- Kementerian Agama (Kemenag) mengambil lamgkah proaktif dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo.
Kemenag dalam pelaksanaan program MBG melibatkan pesantren sebagai pusat distribusi.
Menurut Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi'i, program MBG di pesantren bertujuan memberikan asupan gizi bagi santri dan masyarakat di sekitarnya.
“Saya bersama Direktur Jenderal Pendidikan Islam sudah bertemu dengan Kepala Badan Gizi Nasional. Kita membuat kesepakatan untuk makanan bergizi gratis bagi siswa, dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), sekolah dasar, sekolah menengah, ibu hamil, dan ibu menyusui,” ujar Wamenag dalam webinar yang digelar Universitas Insan Cita Indonesia, Jakarta.
BACA JUGA:Pejabat Eselon Kemenag Sumsel Tandatangani Pakta Integritas dan Perjanjian Kinerja Tahun 2025
BACA JUGA:Resmikan Masjid Annur Komala, Kakanwil dan Jajaran Kemenag Sumsel Wakaf Rp256 Juta
Webinar ini mengangkat tema "Digitalisasi Pesantren: Upaya Mewujudkan Ekosistem Pesantren untuk Kemandirian SDM Unggul".
“Kami mencanangkan ada 1.500 dapur, yang satu dapur itu bisa menyediakan makanan untuk 3.000 orang. Pusatnya di pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia,” ungkap sosok yang akrab disapa Romo ini.
Kalau santri di pesantren itu 1.000 orang, kata Wamenag, maka yang dimasak di pesantren itu tetap 3.000 porsi.
Lalu 2.000 porsi-nya lagi akan distribusikan kepada yang berhak menerimanya di radius 3 km dari keberadaan pesantren yang membangun dapur untuk makanan bergizi gratis.
BACA JUGA:Rangkaian HAB ke-79, Kemenag Salurkan Bantuan ke 10 Panti Asuhan di Palembang
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 10 tahun 2024 tentang Panduan Makan Bergizi Gratis di Lingkungan Pesantren.
Dalam panduan itu, pimpinan pesantren diimbau melaksanakan program MBG sebagai salah satu langkah strategis meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik dari segi kesehatan maupun moral peserta didik.
Program MBG dirancang untuk mengajarkan nilai karakter, baik spiritual, ternasuk terkait etika makan dan minum, nilai toleransi dan tenggang rasa (kemauan menghargai, berbagi, dan menjaga keharmonisan dalam lingkungan madrasah dan pesantren), serta nilai tanggung jawab (membiasakan hidup bersih dan mandiri).