Kadar FAME di produk B35 sebesar 40%, sementara 60% merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
BACA JUGA:PLTMH 12 Kilowatt di Desa Energi Berdikari Rantau Dedap Terangi 44 Rumah Warga dan Fasilitas Umum
BACA JUGA:Anggota Komisi VI DPR RI Soroti Peran Kilang Pertamina Plaju dalam Ketahanan Energi Nasional
Kesiapan Kilang Pertamina Plaju
Kilang Pertamina Plaju merupakan pioneer dalam produksi Biosolar sejak program implementasi Biosolar B20 pada Januari 2019 lalu.--Kilang Pertamina Plaju
Kilang Pertamina Plaju merupakan pioneer dalam produksi Biosolar sejak program implementasi Biosolar B20 pada Januari 2019 lalu.
Dan terus ditingkatkan komposisinya secara bertahap menjadi B30 pada 2019, meningkat lagi menjadi B35 pada 2023, hingga saat ini menjadi B40 yang dilakukan lifting perdana pada Senin, 13 Januari 2025.
Kesiapan sarana dan fasilitas (sarfas), dan keberanian pekerja dalam menerima tantangan untuk menyediakan energi yang lebih baik untuk masyarakat menjadi alasannya.
Sehingga kilang Refinery Unit III Plaju dan Refinery Unit VII di Kasim di Sorong (Papua Barat) ditunjuk pemerintah untuk menjalankan mandatori produksi B40.
BACA JUGA:Konsumsi BBM Jenis Gasoline dan Avtur di Sumbagsel Meningkat Selama Nataru
BACA JUGA:Besaran Kuota BBM 2025 yang Disalurkan Pertamina, Kuota Pertalite Turun Jadi 31,1 Juta KL
Sebelumnya sudah ada sarfas existing untuk memproduksi B35 yang sudah diproduksi sebelumnya.
Juga sesuai dengan permintaan biosolar dari TBBM Kertapati dengan rerata realisasi lifting 765 MB per bulan.
Dengan total lifting sepanjang 2024 tercatat sebesar 9.179 MB.
Untuk produk B40, Kilang Pertamina Plaju menargetkan kemampuan produksi mencapai 750 MB/bulan.
BACA JUGA:Cek Harga BBM Pertamina Terbaru yang Naik Per 1 Januari 2025