Honda

Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Pertama)

Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Pertama)

Oleh Dudy Oskandar
(Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan)

HERMAN Neubronner van der Tuuk (24 Oktober 1824 – 17 Agustus 1894) merupakan sosok yang dikenal sangat berperan penting dalam ranah kajian bahasa-bahasa daerah di Nusantara, termasuk di  Sumatera Bagian Selatan yaitu di Lampung.

Herman Neubronner van der Tuuk  dikenal sebagai  peletak dasar linguistika modern beberapa bahasa yang dituturkan di Nusantara, seperti Bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali.

Dalam buku ”Mirror of the Indies”, Rob Nieuwehuys mengutip komentar seorang pendeta Bali (pedanda) yang sangat berpengaruh ketika itu.

“Hanya ada satu orang di seluruh penjuru Bali yang tahu dan paham bahasa Bali, orang itu adalah Tuan Dertik (Mr. Van der Tuuk), karena oleh kalangan masyarakat Buleleng, ia dikenal sebagai Tuan Dertik, orang yang kontroversial, tetapi sekaligus dicintai.”

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Terakhir)

Van der Tuuk ikut menyebarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dan Ia termasuk orang menentang dalam cara berpakaian Belanda, penentang segala hal tabu dalam berbahasa, moralitas, masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Van der Tuuk lahir dari ayah seorang pengacara Belanda dan ibu seorang peranakan Jerman di Malaka, di kala kota pulau itu di bawah kekuasaan Hindia Belanda.

Neubronner adalah nama keluarga dari pihak ibu. Ketika Traktat London (1924) mulai berlaku pada 1925, keluarga van der Tuuk berpindah ke Surabaya.

Seusai menempuh pendidikan dasar, van der Tuuk muda (sekitar 12 tahun) melanjutkan sekolah ke Belanda dan pada usia 16 tahun (1840) ia lulus ujian penerimaan di Universitas Groningen untuk studi ilmu hukum.

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Ketujuh)

Namun ia ternyata lebih berminat mempelajari linguistika sehingga tahun 1845 pindah ke Universitas Leiden untuk memperdalam bahasa Arab dan Persia di bawah bimbingan Th. W Juynboll, saat itu seorang ahli Kearaban yang terkenal.

Di samping itu ia juga mendalami Sanskrit dan Bahasa Melayu.

Van der Tuuk lebih dikenal di Sumatera Utara dan Bali, karena  dia  yang pertama kali membuat kamus bahasa Batak dan Bali.

Beliau cukup lama bermukim di dua daerah itu; di Batak sekitar enam tahun, dan di Bali sekitar dua puluh lima tahun hingga akhir hayatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com