Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keempat)
Akibat tindakannya yang sewenang-wenang, pada tahun 50-an Ida Made Rai dibuang dalam pengasingan di Jawa.
Tetapi ketika penerusnya meninggal dunia pada 1864, ia kembali ke Banjar.
Ia memanfaatkan ketidakpuasan penduduk terhadap kepala daerah yang baru agar dirinya ditunjuk kembali.
Sebagai reaksi atas pemberontakan yang terjadi pada Juli 1868 akibat peristiwa tersebut, pada pertengahan September 1868 diadakan sebuah ekspedisi militer dan Kota Singaraja pun diduduki.
BACA JUGA:Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Keempat)
Setelah pertempuran hebat, perlawanan kampung-kampung musuh berhasil diatasi pada akhir September dan para penduduk pun menyerah (Van Vlijmen 1875:6-17).
2. Dalam Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 11 Agustus 1868 disebutkan bahwa Van der Tuuk ditugaskan untuk mempelajari bahasa Lampung, dengan bayaran untuk a. biaya perjalanan, b. uang sebesar 500 gulden, c. uang sebesar 250 gulden per bulan untuk biaya perjalanan dan biaya hidup (ANRI, Sekretaris Umum B 11 Agustus 1868 no. 4).
3. Dalam rapat NBG tanggal 14 Oktober 1868, sikap Van der Tuuk bisa diterima.
4. Pada 23 Februari 1868, Engelmann menulis kepada NBG bahwa baru-baru ini ia terserang demam di pegunungan di Garut akibat udara dingin dan lembab serta berkabut.
BACA JUGA:Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Ketiga)
Pada 14 Mei 1868, Engelmann menulis bahwa belakangan ini ia harus berjuang melawan penyakit (Notulen NBG, 8 Juli 1868).
5. Pada 1863-1886, Christian Albers bekerja sebagai misionaris di Cianjur untuk Lembaga Misionaris Belanda dan kemudian di Meester Cornelis hingga akhir hayatnya pada 1907.
6. Pada 1865-1869, Sierk Coolsma (1840-1926) bekerja sebagai misionaris di Cianjur untuk Lembaga Misionaris Belanda.
Pada 1869, ia dipindahtugaskan ke Buitenzorg, di mana ia tinggal hingga 1873. Pada 1873-1876, ia ditugaskan oleh NBG untuk membuat terjemahan alkitab dalam bahasa Sunda dan tinggal di Sumedang (Swellengrebel 1974: 207- 15).
BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Kedua)
7. Pada 27 Desember 1866, Coolsma menulis surat kepada pengurus Lembaga Misionaris Belanda, bahwa terjemahan Grashuis yang berjudul Lukas berisi tulisan yang lebih banyak menimbulkan protes ketimbang pujian dan bahwa Grashuis seharusnya memperlihatkan terjemahan itu kepada beberapa orang Sunda terlebih dahulu.
Coolsma menyarankan kepada pengurus untuk tidak menerbitkan terjemahan tersebut (Grashuis 1866b).
Namun terjemahan ini telah diterbitkan (Van den Berge 1993:47-8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com