Honda

Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Ketujuh)

  Surat-surat Herman Neubronner  van der Tuuk  di Lampung, 1868-1869 (Bagian Ketujuh)

11. Mungkin yang dimaksud di sini adalah Johannes Willem Hendrik Weber, pada 1868 pegawai di kantor asisten residen di Surabaya dan dari 1869 hingga pensiun pada 1879 di Buleleng, Bali.

12. Pada 1862-1866, Jhr. (Jongheer, gelar ningrat Belanda) Karel Graafland (lahir 1820) menjabat sebagai Sekretaris Balai Harta Peninggalan di Semarang.

Pada Agustus 1866 ia menerima uang tunggu karena penyakitnya.

BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Pertama)

Pada 24 Agustus 1868, ia diizinkan cuti selama dua tahun di Eropa, di mana ia pensiun dini pada Desember 1871.

13. Jhr.dr.mr J. Graafland.

14. Pada 1841-1845, teman kuliah mereka Frans Frederick Lodewijk Ulrich Last (lahir 1822 di St. George d’Elmina, Pantai Barat Afrika) kuliah hukum di Groningen dan lulus pada 8 November 1845.

Sejak pengangkatannya pada 1839 sebagai jaksa Raad van Justitie (Pengadilan) di Surabaya, karirnya di Hindia Belanda mulai melesat dan akhirnya diangkat menjadi Ketua Raad van Justitie (Pengadilan) di Batavia pada 10 Agustus 1869.

15. Teman kuliah mereka Daniel Ludovicus Frederick de Pauly (lahir di Ambon) kuliah hukum di Groningen sejak 1843 dan lulus pada 25 Juni 1847.

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Terakhir)

Sejak 1848, ia bekerja di Kantor Lembaga Hukum Hindia Belanda dan akhirnya pada 1863 diangkat menjadi hakim pada Mahkamah Agung Hindia Belanda di Batavia.

16. Pada 21 Juni 1868, Conrad Busken Huet (1826-1886) tiba di Batavia untuk menjalankan tugasnya sebagai redaktur Javabode.

Sementara itu diketahui bahwa Huet menerima tugas rahasia dari Menteri Urusan Koloni yang konservatif, Johannes Jerphaas Hasselman (1815-1895) – dengan bayaran perjalanan gratis bagi dirinya dan keluarganya ke Hindia Belanda (sebesar 3.000,- gulden) – untuk meneliti bagaimana bisa dikembangkan pers yang liberal di sana. Hujan cemooh berdatangan baik dari Hindia - 18 

Belanda maupun Belanda yang nyaris menyebabkan bubarnya Javabode (Praamstra 1988:29-32); Termorshuizen 1969).

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Ketujuh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com