Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesembilan)
Seorang Pengawas di Lampung bernama Wilkens yang tinggal di Manggala, mengenal Van Matthes secara pribadi dan ia sangat memuji semangat Van Matthes.
Di Makassar ternyata ia adalah kaki tangan Gubernur.
Saya tidak mendengar tentang pengunduran dirinya dari dinas pemerintahan.
BACA JUGA: Surat-Surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Ketiga)
Bagi saya tidak mengherankan apabila ia sudah merasa enggan.
Di sini ada seorang pria asal Amsterdam, yaitu Tuan Lublink Weddik, putra seorang pendeta di Amsterdam yang telah banyak menulis.
Sebagian besar penduduk asing di sini lahir di Hindia Belanda dari ibu berdarah pribumi dan ayah berdarah Eropa.
Jadi Anda bisa bayangkan bahwa di sini kita tidak bisa melakukan banyak percakapan.
BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kedua)
Hiburan yang paling digemari di sini adalah bermain kartu dan kadang-kadang berdansa.
Karena saya tidak bisa menikmati kedua hiburan tersebut, maka terkadang saya merasa terisolir, terutama pada malam hari.
Pukul enam pagi saya terjaga untuk menikmati udara pagi.
Rumah Residen terletak di atas bukit, yaitu Talang. Suhu di sini berada di bawah suhu panas rata-rata.
BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Pertama)
Di atas bukit ini, suhu tidak pernah mencapai lebih dari 28 derajat celsius, sementara pada malam hari udara terasa dingin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com