Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesebelas)
Oleh Dudy Oskandar
(Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan)
SURAT Van der Tuuk kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia).
Teluk Betung 22 November 1868
Kepada Direksi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia).
Merujuk surat resmi Direksi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (tanggal 6 Oktober yang lalu, no. 62), saya gagal mendapatkan sejumlah keterangan tentang aksara Kerinci.
BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesepuluh)
Tempat ini dipercaya bahwa ada aksara Kerinci, tetapi karena tidak ada warga asal Kerinci yang tinggal di sini, maka saya harus merasa puas hanya dengan rasa percaya itu saja.
Tidak ada keterangan lain yang bisa disampaikan kepada saya.
Selama saya tinggal di pesisir barat pulau ini, saya tidak berhasil memperoleh aksara Kerinci.
Warga asal Kerinci yang saya temui, menyangkal keberadaan aksara itu dan mengaku bahwa tidak pernah melihat huruf-huruf yang terdapat dalam disertasi J. Crawfurd tentang Tata Bahasa Melayu.
BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesembilan)
Namun saya tidak terlalu percaya pada pengakuan mereka, karena orang-orang yang bisa saya tanyakan, semua beragama Islam yang hijrah dari pedalaman Indrapura ke arah utara, apakah itu menuju tanah Batak, atau berangkat haji ke Mekah lewat Aceh.
Mereka begitu taat pada agama mereka, sehingga mereka mencoba untuk menghilangkan ingatan tentang kekafiran mereka dulu.
Saya menduga bahwa aksara Kerinci berada di daerah di mana Islam telah menyebar secara umum dan tersingkirkan oleh bahasa Arab.
Untuk mendapatkan kepastian, kita harus menyusuri pedalaman Indrapura atau Jambi, di mana mungkin terdapat warga Kerinci yang masih menyembah berhala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com