Honda

Dalam Simposium Nasional, Ketua AGSI Sumsel Angkat Jalur Rempah Nusantara Wujud Akulturasi Budaya Bangsa

Dalam Simposium Nasional, Ketua AGSI Sumsel Angkat Jalur Rempah Nusantara Wujud Akulturasi Budaya Bangsa

Ketua AGSI Sumsel Merry Hamraeny (tiga dari kanan) bersama Pengurus AGSI Sumsel lainnya menghadiri Simposium Nasional Sejarah IV di Makassar. -muhammad iqbal-palpres.com

MAKASSAR, PALPRES.COM – Pengurus Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menghadiri langsung kegiatan Simposium Nasional Sejarah IV di Makassar, 25 September - 1 Oktober 2022.

Dalam kegiatan pertemuan guru sejarah se-Indonesia ini, Ketua AGSI Sumsel Merry Hamraeny SPd MM membawa pengurus AGSI Sumsel lainnya yakni 2 orang dari Musi Rawas (Mura) yaitu Manap dan Rosidah, lalu Fendrawati dari Ogan Komering Ilir (OKI) dan Munira dari Kota Palembang.

Merry mengaku, dalam kesempatan tersebut dirinya menyampaikan materi terkait jalur rempah nusantara sebagai wujud akulturasi budaya bangsa Indonesia.

Dia menjelaskan, jalur rempah merupakan rute yang digunakan oleh nenek moyang untuk menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa dengan membawa rempah sebagai nilai untuk membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya pada setiap persinggahan.

BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Terima Hibah Baju Angkinan dari Ketua AGSI Sumsel

“Sekitar 4500 tahun yang lalu jalur rempah telah menghubungkan nusantara dengan dunia menggunakan perahu,” sebut dia.

Saat itu sambung Merry, jalur tersebut merupakan awal pertukaran rempah dan komoditas lain antarpulau di Indonesia Timur.

Muncul budaya yang mereka ciptakan untuk menjadi cikal bakal lahirnya budaya maritim. Rempah-rempah dapat menyebar hingga ke Afrika Timur sampai ke Asia Selatan dan Asia Tenggara.

“Bahkan menurut Amal, penyebaran rempah-rempah hingga ke Campa, Kamboja, Dongson dan sampai menyebar ke kawasan Nusantara bagian Timur, Maluku, NTT dan Papua. Bahkan, sejak abad ke-2 masehi Jalur Rempah telah menjalin hubungan dengan India dan Tiongkok. Hal ini bisa kita lihat dengan adanya pelaut Jawa yang mendarat di Tiongkok,” terangnya.

Bukti lainnya, sambung Merry, orang Tiongkok pergi menuntut ilmu agama Budha di Suvarnadvipa atau Sriwijaya dan di India. Dari hubungan ini, perdagangan rempah-rempah menjadi salah satu jalur interaksi utama bagi kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Mataram, Singasari sampai Majapahit.

BACA JUGA:Haul ke-5 SMB III, Mengenang Perjuangan dalam Mengangkat Sejarah Palembang

“Hal itulah yang mendasari seorang penulis bernama Hamid yang menyimpulkan jika jalur ini menghasilkan interaksi yang menghubungkan Nusantara dengan beberapa kawasan yaitu Afrika Timur, Asia Barat, Asia Tenggara hingga Tiongkok,” urainya.

Dengan kata lain, perdagangan rempah di Nusantara meninggalkan jejak peradaban seperti peninggalan situs sejarah, situs budaya, melahirkan beragam produk budaya, jalur Maritim, lalu lintas laut yang padat ke Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, Eropa dan sebaliknya.

Untuk itulah, jalur rempah menjadi wadah silaturahmi antar masyarakat, antar bangsa, menyebabkan terjadinya akulturasi atau pertukaran budaya. Mengingat, akulturasi mempertemukan berbagai ide, konsep, gagasan, ilmu pengetahuan, agama, bahasa dan estetika hingga adat kebiasaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com