Jarang Diketahui, Kapiten Bong Su Pahlawan Asal Palembang Gugur di Medan Perang
Salah satu foto peninggalan yang berlatar belakang Jajasan Taopekong Keramat Pulau Kemaro Pada tahun 1962.-Istimewa-
PALEMBANG, PALPRES.COM - Kapiten Bong Su merupakan pahlawan asal Palembang yang gugur di medan perang melawan Koalisi Belanda.
Kapiten Bong Su mempunyai 2 saudara yang bernama Kapiten Bela dan Kapiten Asing Minal.
Tiga Orang Saudara ini merupakan Putra dari KONGSU Kerabat Dinasti Ming yang berpengaruh dan bergelar “TOA PE KONG SU” berbangsa/Ber Marga SOE CHWAN.
Kapiten Bong Su bersama saudaranya mengungsi dan tiba di Palembang Sekira tahun 1645.
BACA JUGA:dr AK Gani, Sosok Pejuang Kemerdekaan yang Diusulkan Masuk Gambar di Mata Uang
Di masa Kerajaan Palembang yang dipimpin oleh Pangeran Ratu Sultan Jamaluddin Mangkurat VI yang Setelah Mangkat di Sebut Sida Ing Rejek.
Ketiga Saudara ini ikut berperang Melawan Koalisi Belanda/ VOC yang Menyerang Sida Ing Rejek tahun 1659 di mana kapal kapiten Bongsu Tenggelam, Beliau Gugur Syahid bersama seorang pembantu/ sahabatnya.
“Berdasarkan keterangan dari Baba Azhim Seberang Ulu yang merupakan keturunan atau kerabat dari Kapiten Bong su/Tan Bun An. Kapiten Bong Su di kala Gugur Syahid belum menikah. Beliau dimakamkan di Pulau Kemaro bersama sahabatnya. Sedangkan Raja Sido Ing Rejek dimakamkan di Dusun Saka Tiga Marga Saka Tiga, Kabupaten Ogan Ilir,” Kata Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Sriwijaya (AMPS), Beni Mulyadi.
Dia menjelaskan, tidak ada kejelasan bahwa yang Gugur Syahid bersama Kapiten Bong Su dari Keturunan Tiongkok atau Hadral Maut Yaman ataukah Palembang.
BACA JUGA:10 November Diperingati Hari Pahlawan Nasional, Berikut 6 Bandara Menggunakan Nama Pahlawan
“Demikian Juga dengan Nama Tan Bun An. Apakah itu nama alias dari Kapiten Bong Su ataukah fiktif.
Makam keduanya rusak parah di kala Kesultanan Palembang Darussalam berperang Melawan Belanda di era Sultan Mahmud Badaruddin II. Dengan demikian akan di peroleh fakta sejarah bahwa ketiga saudara dari Tiongkok Itu adalah muslim,” ujarnya.
Setelah Kapiten Bong Su meninggal, Kapiten Bela bermukim di Pulau Bangka. Sedangkan Kapten Asing Minal di Palembang, keturunan keduanya beranak pinak dan mengabdi di Kesultanan Palembang Darussalam Sampai Era Sultan Mahmud Badaruddin II.
Setelah Kesultanan Palembang Darussalam jatuh ke Belanda anak keturunan Kapiten Bela dan Kapiten Asing Minal tetap dalam aqidah muslim menyebar di berbagai tempat baik di Bangka, Palembang, Jakarta dan lainnya.
“Mereka ada yang berprofesi sebagai dosen di Institut Agama Islam Negeri maupun wiraswasta dan profesi lain hingg Sekarang,” akunya.
BACA JUGA: Hari Pahlawan Diperingati Setiap 10 November, Ini Pahlawan Nasional dari Sumsel
Namun, tidak ada bangunan Kelenteng/ Vihara di Pulau Kemaro. Kelenteng baru di bangun Sekitar tahun 1962 oleh Oi Tjeng Kiat ( Kiat Budiman) Seorang keturunan Tionghoa Touke Kopi yang bermukim di kampung Sungai Semajid 4 Ulu Palembang.
Diawal pendirian sampai tahun 1974, diatas pintu masuk kelenteng terdapat tulisan Arab Melayu berbunyi “KELENTENG TOA PEK KONG SU”. Namun sejak dilakukan perluasan bangunan kelenteng tahun 1974, tulisan Arab Melayu tersebut diganti dengan tulisan huruf latin yang berbunyi : Yayasan TOA PEK KONG PULAU KEMARO, tempat Ibadat TRIDHARMA HOK TJING BIO Sumatera Selatan.
Begitu Juga Sisi Selatan bagian luar kelenteng sebelum tahun 1974 terdapat plang nama ber aksara Arab Melayu berbunyi makam keramat Pulau Kemaro yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Dari beberapa keterangan Baba tersebut diperoleh informasi yang sangat berharga bahwa Panglima Bong Su adalah seorang muslim dan ketika beliau gugur Syahid Pulau Kemarao sudah ada.
BACA JUGA:Taukah Anda! Rumah Heritage Ong Boen Tjiet Bergaya Melayu Cina
“Untuk itulah kita ingin meluruskan disana (Pulau Kemaro) adalah makam dari putri Cina seolah-olah dari agama non muslim. Sementara disana ada makam dari Kapiten Bong Su yang berjuang untuk Kerajaan Palembang. Dan ini yang perlu kita luruskan agar Pulau Kemaro bisa di lestarikan dengan sejarah yang sebenarnya,” cetusnya.
Pulau kecil dengan luas sekira 74 Ha yang terletak di pinggiran Sungai Musi Palembang ternyata milik Kiyai Muara Ogan.
Berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor 3863K/Pdt/1987 dibawah pengawasan Kantor Advokat Hendri Ferdy SH Mh, Didi Epriadi, SH dan Wahyu Hidayat SH.
Tanah ini milik ahli waris Masagus H Abdul Hamid Bin Masagus Mahmud alias Kanang (Kiai Marogan).
BACA JUGA:Inilah 39 Wisata Edukasi di Palembang Wajib Dikunjungi Saat Libur Sekolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: