Honda

Selama 40 Tahun Baru Kali Ini Harga Biji Kopi Tak Sepahit Rasanya, Yuk Cek Harganya

Selama 40 Tahun Baru Kali Ini Harga Biji Kopi Tak Sepahit Rasanya, Yuk Cek Harganya

Stok biji kopi ditingkat pengepul kopi di Terminal Pasar Atas, Kota Lubuklinggau masih minim dikeranakan penan buah kopi milik petani kurang bagus --

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Dalam kurun waktu sekitar 40 tahun belakangan harga jual kopi melonjak tinggi hingga Rp37.000 perkilogram, tapi harga itu kembali turun jadi Rp36.400 perkilogram.
 
Juanda, pengepul kopi di TerminalAtas, Kelurahan Dempo, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengungkapkan, harga beli kopi ditingkat petani mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan pada awal musim panen seharga Rp26.000 perkilogram.
 
"Awal musim panen di bulan Maret dan April, dimana harganya masih Rp26.000 perkilogram, tapi sekarang drastis jadi Rp36.400 perkilogram, sebelumnya lagi Rp37.000 perkilogram, artinya ada sudah ada penurunan Rp600.000 perkilogram," katanya.
 
Pria berperawakan tinggi besar ini mengatakan, dia tidak begitu memahami penyebab harga kopi melonjak tinggi, tapi dia memprediksi karena minimnya hasil panen kopi ditingkat petani, sedangkan permintaan pasar cukup tinggi.
 
 
"Sebagian besar petani mengaku panen kopinya kurang bagus untuk musim panen kali ini, penyebabnya karena iklim yang tidak dapat diduga-duga," ungkapnya.
 
Berdasarkan penuturan petani kopi kepada dirinya, penyebab utama panen kopi kurang bagus karena adanya fenomena ujian es diwilayah Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu dan minimnya sinar matahari pada pagi hari.
 
"Kalau cahaya matahari kurang, maka bisa merusak kembang kopi jadi gugur karena lengket oleh tetes embun, kemudian ada di daerah Padang Ulak Tanding sempat turun hujan salju, jadi pertumbuhan buah kopi terganggu," jelasnya.
 
Kendati hasil panen kopi kurang memadai, tapi Juanda mengaku minimal membeli sekitar 1,5 ton biji kopi dari petani, sebagai besar  biji kopi tersebut berasal dari petani diwilayah Kabupaten Musi Rawas (Mura).
 
 
"Ada juga dari wilayah Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, ada juga dari Sarolangun Jambi, Malus, Belalau dan Ulak Lebar Kota Lubuklinggau dan wilayah Kabupaten Musi Rawas, selama ini biji kopi yang bagus berasal dari Selangit Kabupaten Musi Rawas," jelasnya.
 
Juanda menuturkan, hingga baru mengumpulkan sekitar 300 kilogram biji kopi dari petani, dia tidak membatasi berapapun jumlah biji kopi yang dijual petani kepada dirinya.
 
"Ya petani jualnya tidak menentu, intinya semampunya kita tampung semua, ada petani yang jual sebanyak 3 kilogram perhari, ada juga yang jual sampai 50 kilogram perhari tergantung dari hasil panen petani di kebun," bebernya.
 
Untuk pemasaran biji kopi, Juanda mengatakan tidak begitu mengkhawatirkannya, karena sejumlah pengusaha kopi lokal di wilayah Kota Lubuklinggau mengambil biji kopi digudangnya. 
 
 
"Oh kalau soal pemasaran sudah banyak yang ambil, jadi tidak begitu di khawatirkan, bahkan perhari mereka kadang sampai minta dikirimkan berkisar antara 300 sampai 700 kilogram," ungkapnya.
 
Juanda hanya berharap panen kopi milik petani di wilayah Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Rejang Lebong dan Sarolangun Jambi normal seperti biasanya, sehingga harga jual dan stok biji kopi kembali normal.
 
"Iklim cuaca memang saat ini sulit diprediksi, sehingga hasil panen kopi tidak stabil, saya sebagai pengepul biji kopi hanya dapat berharap semuanya kembali stabil," harapnya.
 
Sementara itu, Zulkarnain, warga Kelurahan Bengawan Solo, Kecamatan Lubuklinggau Utara, Kota Lubuklinggau mengatakan, setiap hari dia mengonsumsi kopi bubuk berasal dari tempat penggilingan yang ada di Kota Lubuklinggau, sejauh ini menurutnya, harga jual kopi tidak berubah dari sebelumnya.
 
 
"Biasanya saya beli kopi dalam bentuk bungkusan kecil yang harganya Rp2.500 perbungkus, kalau dibuat kopi sekitar 3 sampai 4 gelas," tuturnya.
 
Dia mengaku kualitas kopi dari Kota Lubuklinggau, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Musi Rawas tidak kalah kualitas rasanya dari kopi-kopi di daerah lain.
 
"Oh kalau soal rasa boleh dicoba, tidak kalah sama kopi lain, sedari dulu memang saya tidak begitu suka kopi dari daerah lainnya, kecuali kopi dari Bumi Silampari," pungkasnya. (frs).
 
 
 
  
 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: